Banjir Modal, Startup Seafood dan Lele RI Disorot Media Asing

Tech - Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
01 February 2023 17:00
Harun petugas PPSU mengecek lele yang di budidayakan di Kolong Tol Becakayu, Jakarta Timur, Selasa, 2 Februari 2020. Memanfaatkan lahan kosong di kolong Tol Becakayu Harun bersama warga kelurahan Cipinang Melayu membuat sejumlah kolam dengan bak yang berisi 70 kg lele. Harun bersama warga rutin memberikan pakan  ke lele lele tersebut. Budidaya lele tersebut dengan metode kolam bioflok. Dia mengatakan budidaya ikan lele sistem bioflok adalah suatu sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah budi daya itu sendiri menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan. Hasil panenya ia jual ke warga dengan harga Rp 25 ribu/kg.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Budidaya Lele di bawah kolong tol Becakayu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Tak heran bisnis budidaya ikan bisa untung banyak di Tanah Air, bahkan bisa jadi raja seafood global.

Hal itulah yang disinggung dalam laporan CNBC Internasional bertajuk "Indonesia's seafood farming industry faces a 'technology gap' - and startups are raising big bucks to fill it" (Industri budidaya seafood Indonesia menghadapi 'kesenjangan teknologi' - dan jejeran startup raup keuntungan untuk memecahkannya)

Perusahaan riset, Ipsos pada laporan 2016 lalu menjelaskan Indonesia menjadi negara paling produktif dalam produksi akuakultur. Meskipun negara ini baru memanfaatkan 7,38% potensi untuk sektor tersebut.

Presiden Sequoia Asia Tenggara, Aakash Kapoor, juga setuju dengan peluang Indonesia di bidang budidaya ikan. Pemerintah Indonesia juga mendukung adanya ekonomi ekspor di berbagai sektor termasuk perikanan.

"Dan pemerintah juga mendukung agar Indonesia menggenjot ekspor di berbagai sektor, termasuk budidaya perikanan," jelasnya. Sequoia diketahui berinvestasi di salah satu startup industri perikanan berbasis teknologi, eFishery.

CNBC Internasional mencatat ada sejumlah startup yang bergerak di bidang ini. Selain eFishery, ada juga Aruna, Delos, dan Fishlog.

Mereka berusaha menjawab tantangan kesenjangan teknologi dalam industri budidaya ikan. Tahun lalu para startup berhasil mengantongi dana segar dari investor pertama, misalnya eFishery dalam Seri C senilai US$90 juta, Aruna ($30 juta dalam lanjutan Seri A), Delos ($8 juta dalam perluasan benih) dan FishLog ( $3,5 juta dalam pra-Seri A).

Salah satu pendiri dan CEO Delos, Guntur Mallarangeng menjelaskan soal budidaya masih menggunakan cara lama, yang telah dilakukan 60 tahun terakhir. Delos merupakan perusahaan yang mengelola tambak ikan.

"Banyak keputusan yang dibuat berdasarkan firasat atau apa yang nenek moyang telah lakukan selama 60 tahun terakhir," ujarnya, dikutip Rabu (1/2/2023).

Pengembangan Industri

Salah satu yang jadi fokus para startup adalah petani ikan. Jika mereka tidak berkembang dan memperluas bisnisnya, maka startup juga tidak bisa menghasilkan lebih banyak ikan.

"Satu-satunya cara untuk industri bisa tumbuh adalah saat para petani tumbuh. Jika petani tidak mengembangkan dan memperluas bisnis mereka, kami tidak bisa menghasilkan lebih banyak ikan," jelas pendiri dan CEO eFishery, Gibran Huzaifah.

eFishery membantu para petani dengan pengumpan otomatis dan aplikasi mobile. Tujuannya untuk mendeteksi saat ikan dan udang lapar melalui gerakan mereka.

Sementara Aruna membantu menghubungkan petani akuakultur skala kecil dengan pembeli. Segmen itu membentuk sekitar 90% dari jumlah nelayan yang ada.

"Dari segi produktivitas dan efisiensi masih sangat tradisional," kata Farid Aslam, co-founder dan CEO Aruna


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Wamen BUMN Ungkap Tantangan Startup Zaman Now


(tib)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading