Menteri Jokowi Hingga Tetangga RI, Ini Korban Spyware Israel!

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
17 January 2023 12:55
NSO Group
Foto: NSO Group (Dok. NSO Group)

Jakarta, CNBC Indonesia - Spyware Israel dilaporkan telah menyusupi beberapa negara dunia. Termasuk berada di balik kudeta Myanmar dan peretasan banyak pejabat Indonesia seperti Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto.

Upaya peretasan ke para pejabat melalui iPhone itu dilaporkan oleh Reuters. Peretasan itu dilaporkan menggunakan software dari NSO Group, Forced Entry.

NSO Group sendiri cukup dikenal beberapa waktu terakhir. Sebab spyware dari organisasi itu dilaporkan disebar melalui WhatsApp dan juga ke beberapa pejabat negara lain beberapa tahun lalu.

Bukan hanya Airlangga, sasaran peretasan lainnya adalah pejabat TNI, diplomat dan penasihat di kementerian yang dipimpin Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Kepada Reuters, enam dari pejabat dan penasihat yang jadi target mengatakan mendapatkan email dari Apple Inc pada November 2021. Di dalamnya disebutkan mereka jadi sasaran serangan oleh oknum yang disponsori oleh negara.

Sementara itu pihak Kementerian Koordinator bidang Perekonomian juga telah buka suara terkait hal ini. Pada siaran pers September 2022 lalu, juru bicara Alia Karenina mengatakan Airlangga menggunakan beberapa ponsel bukan hanya iPhone.

Dia menambahkan akun email resmi Menko Perekonomian tidak diinstal di dalam ponsel peribadi Airlangga. Akun tersebut juga tak pernah menerima pemberitahuan dari Apple atau terkait kiriman spyware.

"Sampai saat ini, tidak ada notifikasi ataupun kiriman file spyware ke email resmi tersebut," kata Alia dalam siaran pers pada Jumat (30/9/2022).

Nama Israel juga disebut jadi biang kerok kudeta Myanmar yang terjadi Februari 2021. Pasalnya sebuah perusahaan asal negara itu bernama Cognyte Software Ltd memenangkan tender penjualan spyware penyadap HP ke Myanmar sebulan sebelum kudeta terjadi.

Tender itu ditunjukkan untuk perusahaan telekomunikasi yang didukung Myanmar, ungkap dokumen surat bulan Januari 2021 yang dilaporkan Reuters. Surat itu memiliki lampiran dari Myanmar Post and Telecommunications (MPT) kepada regulator lokal yang menyebutkan Cognyte sebagai pemenang tender.

Menurut dua sumber, sistem Cognyte telah diuji oleh MPT. Sejumlah sumber juga mengatakan perusahaan menggunakan spyware pencegat.

Reuters juga menambahkan tidak bisa mengonfirmasi soal penjualan spyware. Yakni apakah penjualan teknologi telah rampung atau tidak.

Sebuah pengaduan diajukan untuk menyelidiki kesepakatan tersebut. Gugatan diajukan lebih dari 60 warga Israel, termasuk mantan ketua DPR, aktivis, akademisi, dan penulis.

Pengacara hak asasi manusia Israel Eitay Mack, yang memimpin pengaduan itu, menuding Cognyte dan pejabat kementerian pertahanan serta luar negeri telah membantu bersengkokol dengan kejahatan melawan kemanusiaan di Myanmar.

Baik Cognyte, pemerintah militer Myanmar dan MPT tidak menanggapi permintaan berkomentar. Sementara itu, KDDI Corp Jepang dan Sumitomo Corp, pemilik saham MPT, menolak berkomentar dan mengatakan tidak mengetahui detail mengenai intersepsi komunikasi.

Jaksa Agung Israel tidak menanggapi permintaan berkomentar soal pengaduan itu. Sementara itu Kementerian Luar Negeri setempat tidak menanggapi permintaan berkomentar soal kesepakatan dan kementerian pertahanan menolak berkomentar.

Sebenarnya Israel mengklaim telah menghentikan transfer teknologi tahun 2017. Saat itu terjadi operasi militer di Rohingya dan protes digemakan publik Israel dan dunia soal ekpor pertahanan dari Israel ke Myanmar.

Akhirnya Israel menghentikan pengiriman teknologi menyusul putusan hakim oleh Mahkamah Agung di tahun yang sama.


(tib)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada Modus Baru Curi Data Lewat Konten Religius di Medsos

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular