Kaum Pay Later di Indonesia Membludak, Transaksinya Segini!
Jakarta, CNBC Indonesia - Paylater kini menjadi tren di tengah masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari laporan Xendit soal tren pembayaran digital selama 2022.
Dari catatan Xendit, penggunaan fasilitas pembayaran beli-sekarang-bayar-nanti alias "pay later" semakin diminati konsumen. Terbukti, volume transaksinya meningkat hingga 10x lipat.
"Pay later secara tren lagi meningkat banget. Banyak sekali penyedia layanan pay later di pasaran, baik itu untuk transaksi secara online maupun offline," ujar Director Xendit Group Rifai Taberi, dalam acara Xendit Media Gathering, di Jakarta, Kamis (12/1/2023).
Jika dilihat dari angkanya, Rifai mengatakan masih belum terlalu besar, tetapi berpotensi untuk berkembang lebih jauh lagi.
Meski nilai transaksinya meningkat 10 kali lipat, pay later memang belum masuk ke dalam jajaran pilihan pembayaran yang tertinggi. Namun, Xendit melihat semakin banyak pilihan metode yang ada, akan semakin memudahkan pelanggan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital.
"Itulah yang dilakukan Xendit untuk menambahkan channel pembayaran dengan buy now pay later supaya ini bisa diakses juga oleh existing merchant kami, supaya pemilihan pembayaran jadi lebih banyak," tuturnya.
Selain pay later, fasilitas pembayaran lain yang juga mengalami pertumbuhan termasuk kartu kredit (6 kali lipat) dan e-Wallet (5 kali lipat) dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut laporan startup payment gateway ini, metode pembayaran paling populer di Indonesia adalah virtual account, uang elektronik, dan kartu kredit.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2022, Xendit telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi mencapai lebih dari US$20 miliar (sekitar Rp300 triliun), naik 30% dibandingkan tahun sebelumnya.
Saat ini, jumlah merchants aktif yang dilayani Xendit Group mencapai 3.500 pelaku usaha, yang terdiri dari 70% merchant UKM dan 30% perusahaan.
(tib)