Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Bjorka menghebohkan publik tahun 2022 ini. Nama itu berasal dari akun di sebuah dark web dan banyak data yang dibocorkan dari sana.
Tercatat Bjorka pernah mengklaim memiliki 26 juta history browsing pelanggan Indihome, 1,3 miliar data registrasi SIM Card, dan 105 juta data KPU.
Melalui grup Telegram yang dimilikinya, Bjorka menyebarkan data pribadi sejumlah pejabat publik seperti Menteri Kominfo, Johnny Plate. Informasi itu berisi NIK, nomor Kartu Keluarga, alamat, nomor telepon, nama anggota keluarga, hingga ID Vaksin.
Sejumlah surat yang ditunjukkan pada Presiden Joko Widodo juga dibuka oleh Bjorka. Salah satunya merupakan surat dari Badan Intelijen Negara (BIN).
Seakan tak takut, Bjorka juga menantang digerebek pemerintah Indonesia. "Saya masih menunggu untuk diserbu oleh Pemerintah Indonesia," tulisnya dikutip Sabtu, (10/9/2022).
Akhirnya pada 14 September 2022 lalu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM, Mahfud Md mengumumkan telah mengantongi gambaran pelaku. Namun kala itu dia mengatakan belum bisa mengungkapkan pada publik.
"Kita terus menyelidiki, gambaran pelaku sudah teridentifikasi dengan baik oleh BIN dan Polri. Tetapi belum bisa diumumkan. Gambaran-gambaran siapa dan dimana sudah punya alat untuk melacak itu semua," kata Mahfud.
Dia juga menjelaskan data yang dibocorkan Bjorka bukanlah data umum. Data-data itu disebut tidak berisi sesuatu yang rahasia.
Pemuda Madiun Ditangkap, Betulan Bjorka?
Tak lama setelah Mahfud menggelar konferensi pers, seorang pemuda asal Madiun (21), MAH ditangkap dan diperiksa di Polsek Dagangan. Kemudian ibunya menyatakan anakanya telah dipulangkan ke rumah.
Namun ternyata MAH menjadi tersangka kasus Bjorka. Bukan sebagai sosok Bjorka, dia hanya membantu aksi Bjorka dengan menyediakan Telegram dan mengunggah postingan di kanal itu.
"Adapun peran tersangka merupakan bagian dari kelompok Bjorka yang berperan sebagai penyedia channel telegram, dengan nama channel Bjorkanism. Selanjutnya channel telegram tersebut digunakan untuk mengupload informasi," jelas Juru Bicara Divhumas Polri Kombes, Ade Yahya Suryana bulan September lalu.
Saat itu polisi menyita sejumlah barang bukti. Mulai dari dua unit HP, KTP atas nama tersangka dan satu sim card.
Namun setelah tiga bulan berlalu, tak ada kabar lagi soal kelanjutan hukum Bjorka.
Saat melakukan beberapa aksinya membocorkan data, Bjorka pernah cukup aktif di dunia maya. Termasuk melalui akun Telegramnya, yang juga jadi tempatnya untuk mengomentari beberapa kabar.
Namun sosok itu tiba-tiba menghilang. Tidak ada kabar dari Bjorka dan juga aksi kebocoran data dari akun itu.
Akhirnya pada bulan November, Bjorka muncul kembali. Saat itu dia mengklaim memiliki data dari MyPertamina.
Saat itu, pihak Pertamina menjelaskan tengah melakukan investigasi terkait kabar tersebut. "Pertamina dan Telkom sedang melakukan investigasi bersama untuk memastikan keamanan data dan informasi terkait MyPertamina," kata Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting kepada CNBC Indonesia.
Pertengahan November lalu, Bjorka juga mengumumkan memiliki data 3,2 miliar pengguna Peduli Lindungi. Ukurannya mencapai 157 GB, terdiri atas data pengguna, akun, data vaksinasi, riwayat check-in, dan pelacakan kontak.
Bjorka mengungkapkan bocoran data itu mencakup 48 Gigabyte data terkompresi (compressed), 157 GB data tak terkompresi (uncompressed), dengan total 3.250.144.777 data.
Isinya berupa nama, email, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon, tempat tanggal lahir (DOB), ID perangkat, status Covid-19, riwayat check-in, riwayat telusur kontak, vaksinasi, dan lainnya.
Bjorka mematok harga US$100 ribu atau sekitar Rp1,56 miliar dalam bentuk Bitcoin bagi yang minat membeli 3,2 miliar data yang diklaim dari PeduliLindungi.
Sebelumnya Bjorka juga berusaha menjual data pribadi yang diklaim dihack dari perusahaan Indonesia.
Bjorka mengklaim telah mengantongi 26 juta history browsing pelanggan IndiHome. Datanya mencakup keyword, email, nama, jenis kelamin, hingga Nomor Induk Kependudukan (NIK).
Namun perwakilan Telkom Group menyatakan, bahwa data yang bocor tidak valid dan merupakan hasil fabrikasi. Menurut Ahmad Reza, SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom, Telkom tidak menggunakan email @telkom.net, baik untuk kepentingan perusahaan maupun layanan bagi pelanggan.
Bjorka kembali menjadi aktor di balik bocornya 1,3 miliar data registrasi SIM Card yang disebut milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Data tersebut dijual seharga US$500 ribu atau sekitar Rp 745,6 juta.
Data sebesar 87 GB diklaim berisi NIK, nomor ponsel, provider telekomunikasi, dan tanggal registrasi.
Namun sampai sekarang teka-teki sumber kebocoran data tersebut belum diketahui. Pasalnya, Kominfo menyebut sampel data yang tersebar bukan dari pihaknya
Bjorka juga sempat membocorkan 105 juta data masyarakat Indonesia terkait pemilihan umum berasal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Informasi ini diunggah oleh Bjorka pada 6 September 2022 pada forum breached.to. Unggahan itu berjudul Indonesia Citizenship Database From KPU 105M.
Pada 9 September 2022 Bjorka kembali menggemparkan warganet. Namun, data yang dibagikannya kali ini bukanlah data pribadi milik warga Indonesia, melainkan data daftar judul dan nomor surat termasuk dokumen rahasia untuk Presiden Jokowi, salah satunya dari Badan Intelijen Negara (BIN).
Dalam keterangannya, dokumen yang dicuri pada September 2022 itu terdiri dari 679.180 data dengan kapasitas 40 MB (compressed) dan 189 MB (uncompressed).
Setelah beberapa kali menyebar data sensitif di Breached Forums, Bjorka kemudian membagikan data pribadi yang diduga milik sejumlah pejabat publik Indonesia melalui grup Telegram miliknya.
Aksi doxing ini Bjorka dilakukan sepanjang akhir pekan lalu, dari tanggal 10 hingga 11 September 2022 yang dimulai dari data milik Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate.
Di tengah momen ulang tahun Menkominfo, Bjorka berulah memanfaatkan kesempatan. Johnny diketahui berulang tahun pada 11 September 2022. "Happy birthday," tulis Bjorka di grup telegram Bjorkanism.