
Darah Merah Produksi Lab Disuntik ke Tubuh Manusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Ilmuwan tengah melakukan uji coba berapa lama transfusi sel darah merah seukuran sendok teh bisa bertahan di dalam tubuh. Penelitian ini diklaim dapat merevolusi perawatan klinis untuk orang dengan kelainan darah yang membutuhkan penambahan darah secara teratur.
Uji coba pertama di dunia, yang sedang berlangsung di Inggris ini, mempelajari apakah sel darah merah yang dibuat di laboratorium bertahan lebih lama daripada sel darah yang dibuat di dalam tubuh.
"Meskipun uji coba ini lingkupnya kecil, tapi bisa menjadi batu loncatan besar untuk memproduksi darah dari sel induk," kata ahli biologi sel University of Bristol Ashley Toye, dikutip dari Science Alert, Selasa (13/12/2022).
Toye, yang juga salah satu peneliti, mengatakan, untuk menghasilkan transfusi, tim mengisolasi sel punca dari darah yang disumbangkan dan 'dibujuk' untuk membuat lebih banyak sel darah merah, sebuah proses yang memakan waktu sekitar tiga minggu.
Di masa lalu, para peneliti menunjukkan bahwa mereka dapat mentransfusikan sel darah yang tumbuh di laboratorium kembali ke donor yang sama dari mana asalnya. Dengan penelitian ini, mereka telah memasukkan sel-sel yang diproduksi ke orang lain yang kompatibel, sebuah proses yang dikenal sebagai transfusi alogenik.
Sejauh ini hanya dua orang yang menerima sel darah merah buatan laboratorium di bawah pengawasan ketat dan tidak ada efek samping yang tidak diinginkan.
Setidaknya delapan peserta lainnya akan menerima dua transfusi 5 hingga 10 mililiter sel darah, dengan jarak setidaknya empat bulan. Satu transfusi akan mengandung sel darah merah yang disediakan oleh donor, sedangkan yang lain akan memiliki sel darah merah yang tumbuh di laboratorium yang berasal dari sel punca dari donor yang sama.
Setelah ditransfusikan ke dalam tubuh sukarelawan yang sehat, sel-sel yang diproduksi - yang diberi label dengan pewarna pelacak - akan dilacak saat mereka melesat melalui sistem peredaran darah tubuh, hingga usang, tertelan, dan didaur ulang.
Sel-sel darah yang tumbuh di laboratorium semuanya baru dibuat dari sel-sel induk yang disumbangkan, sedangkan donor darah yang khas mengandung campuran sel-sel darah baru dan yang berusia berbulan-bulan, sehingga para peneliti berharap sel-sel yang diproduksi akan menempuh jarak dan bertahan lebih lama. Studi hewan sebelumnya menunjukkan demikian.
Umur rata-rata sel darah merah manusia adalah sekitar 120 hari. Jika sel yang ditumbuhkan di laboratorium dapat bertahan lebih lama dari sel darah yang disumbangkan, itu bisa berarti di masa depan pasien yang secara teratur membutuhkan darah mungkin tidak terlalu sering membutuhkan transfusi.
"Jika uji coba kami, yang pertama di dunia, berhasil, itu berarti bahwa pasien yang saat ini membutuhkan transfusi darah jangka panjang akan membutuhkan lebih sedikit transfusi di masa depan," ujar Cedric Ghevaert, ahli hematologi di University of Cambridge.
Meskipun hasil dari penelitian ini nantinya tidak akan menggantikan kebutuhan donor darah, jika sel yang tumbuh di laboratorium terbukti aman dan tahan lama, mereka dapat mengubah perawatan untuk orang dengan kebutuhan transfusi yang kompleks. Memproduksi darah untuk orang-orang dengan golongan darah yang sangat langka juga bisa menjadi kemungkinan.
"Kebutuhan donor darah normal untuk menyediakan sebagian besar darah akan tetap ada," kata Farrukh Shah, direktur medis transfusi untuk unit Darah dan Transplantasi Layanan Kesehatan Nasional Inggris.
"Tetapi potensi pekerjaan ini untuk memberi manfaat bagi pasien yang sulit ditransfusi sangat signifikan." imbuhnya.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jenius atau Tak Waras? Ini 5 Percobaan Sains Paling Gila