Ilmuwan Ungkap 4 Fakta Penyebab Gempa Cianjur Mengerikan

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Rabu, 30/11/2022 09:15 WIB
Foto: Warga tidur di rumah yang rusak akibat guncangan gempa berkekuatan 5,6 magnitudo (M) di Kampung Cijedil, desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Selasa (22/11/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ahli Geologi, Awang Harun Satyana menjelaskan terdapat empat fakta gempa Cianjur yang terjadi minggu lalu. Gempa berkekuatan M (5,6) disebut Awang sebagai moderat dan punya daya rusak di atas rata-rata bencana tornado di Amerika Utara.

"Tetapi ini masih di bawah kekuatan ledakan bom atom yang dijatuhkan tentara sekutu di Hiroshima pada Perang Dunia II yang kira-kira ekivalen dengan gempa sekuat M 6,2 - atau sama dengan daya rusak gempa Bantul Yogyakarta 27 Mei 2006," kata Awang dalam sebuah keterangan tertulis dikutip Rabu (30/11/2022).

Kerusakan berat pada bangunan dan lingkungan akibat gempa moderat terjadi karena empat hal. Salah satunya terkait pusat gempa dan wilayahnya di lereng.


"Satu, pusat gempa dangkal (10 km) sehingga energinya lebih kuat mengguncang permukaan; dua, wilayah lereng-kaki gunung secara topografi bukan area yang stabil bila terlanda gempa dapat memicu longsor terjadi," jelasnya.

Selain itu juga ada faktor tanah. Awang menjelaskan tanahnya merupakan hasil pelapukan endapan gunung api berumur muda.

Hal terakhir penyebab kerusakan karena bangunan yang tidak tahan gempa. Awang menyebutkan bangunan tersebut umumnya terlihat di wilayah perkampungan.

"Tiga, tanah berasal dari pelapukan endapan gunung api berumur muda yang belum cukup terkonsolidasi sehingga energi gempa tidak segera hilang tetapi teraduk-aduk bahkan menguat [amplifikasi] di permukaan; dan empat, konstruksi bangunan tidak tahan gempa seperti pada umumnya rumah-rumah dibangun apalagi di wilayah perkampungan," ungkap Awang.

Awang juga menjelaskan terdapat dua kemungkinan penyebab gempa. Salah satunya adalah terkait sesar tua Sesar Cimandiri atau 20 juta tahun yang tidak terpetakan, karena tertutup endapan gunung api. Selain itu sesar berusia 1 juta tahun dan bergerak yang mematahkan batuan mengakibatkan gempa.

Sesar lainnya kemungkinan terbentuk karena proses geologi. Peristiwa itu terjadi menekan wilayah Jawa Barat dan menyebabkan patahan batuan lalu terjadi gempa.

"Penyelidikan geofisika di wilayah pusat gempa kemarin dapat mengetahui lebih lanjut dua kemungkinan ini," katanya.

Sejumlah gempa susulan masih dirasakan di wilayah pusat gempa. Awang menjelaskan hal ini menunjukkan kompleks batuan sedang aktif setelah yang pertama menyebabkan gempa minggu lalu.

"Banyaknya gempa susulan menunjukkan bahwa kompleks batuan di kedalaman sana sedang aktif melakukan kesetimbangan kembali setelah kompleks batuan pertama di dekatnya dipatahkan oleh oleh kekuatan Bumi setara gempa M 5,6," jelasnya.


(npb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat