Drama Terbaru Elon Musk & Twitter: Bagai Habis 'Putus Cinta'
Jakarta, CNBC Indonesia - Drama antara Elon Musk dan Twitter perihal akusisi perusahaan masih berlanjut. Teranyar, Twitter membantah klaim Musk yang sebelumnya menyebut merasa tertipu untuk meneken kontrak kesepakatan akusisi.
Hal tersebut terungkap dalam dokumen di Pengadilan Negeri Delaware, seperti dikutip Reuters, Sabtu (6/8/2022). Dalam dokumen tersebut, Musk mengklaim telah ditipu Twitter agar meneken kesepakatan akusisi.
"Cerita itu tidak masuk akal dan berlawanan dari fakta yang seharusnya," tulis Twitter.
Dokumen yang diserahkan Twitter ini merupakan langkah teranyar perusahaan menuju persidangan melawan Musk. Keduanya akan berhadapan langsung dalam pengadilan yang rencananya akan digelar pada 17 Oktober 2022 mendatang.
Twitter sendiri akan menggelar pertemuan dengan para pemegang saham pada 13 September mendatang. Dalam rapat umum pemegang saham itu nantinya para pemegang saham akan memberikan suara atas pembelian Twitter senilai US$ 44 miliar atau setara Rp 660 triliun.
Rencana pembelian Twitter itu sempat mengalami tarik ulur hingga akhirnya Musk membatalkan rencananya tersebut. Kesepakatan itu batal karena menurut pengacara yang mewakili Musk perusahaan belum memenuhi kewajiban kontraktualnya.
Musk disebut belum diberikan informasi bisnis yang relevan. Sebelumnya dia mengatakan ingin menilai klaim Twitter bahwa sekitar pengguna aktif harian (mDAU) yang bisa dimonetisasi adalah akun spam.
"Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi. Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan, dan terkadang mengklaim untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Musk," ujar pengacara Skadden Arps, Mike Ringler.
Dalam tweet-nya beberapa waktu lalu, Ketua Dewan Direksi Twitter, Bret Taylor menuliskan raksasa media sosial itu tetap berkomitmen melanjutkan kesepakatan. Perusahaan juga tidak segan mengambil langkah hukum dalam rangka menegakkan kesepakatan.
Sementara itu secara terpisah, Twitter mengungkapkan telah memperlambat perekrutan pada kuartal kedua. Dalam upaya memangkas biaya, perusahaan juga disebut menjadi lebih selektif untuk mengisi peran.
(cha/cha)