Obat Covid Paxlovid Dapat Stempel BPOM, Terbukti Tokcer?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
20 July 2022 09:05
Paxlovid, a Pfizer's coronavirus disease (COVID-19) pill, is seen manufactured in Freiburg, Germany, in this undated handout photo obtained by Reuters on November 16, 2021. (Pfizer/Handout via REUTERS)
Foto: VIA REUTERS/PFIZER

Jakarta, CNBC Indonesia - Obat Covid-19 Paxlovid telah mengantongi izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan POM. Dari hasil pengujian, obat ini dilaporkan cukup ampuh digunakan untuk pengobatan Covid-19.

Dilaporkan dari hasil uji klinik fase II dan III, Paxlovid dapat menurunkan risiko hospitalisasi atau kematian. Risiko turun 89% pada pasien dewasa Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit dengan komorbid (penyakit penyerta) sehingga berisiko menjadi parah.

Komorbid yang berkait dengan peningkatan risiko ini seperti lansia, obesitas, perokok aktif, riwayat penyakit jantung, diabetes, atau gangguan ginjal.

Sebagai informasi Paxlovid merupakan terapi antivirus inhibitor protease SARS-CoV-2 yang dikembangkan dan diproduksi oleh Pfizer.

"Paxlovid yang disetujui berupa tablet salut selaput dalam bentuk kombipak, yang terdiri dari Nirmatrelvir 150 mg dan Ritonavir 100 mg dengan indikasi untuk mengobati COVID-19 pada orang dewasa yang tidak memerlukan oksigen tambahan dan yang berisiko tinggi terjadi progresiĀ menuju Covid-19 berat," papar Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito, dalam keterangan resmi, Selasa (20/7/2022).

Dosis yang dianjurkan, lanjutnya, adalah 300 mg NirmatrelvirĀ (dua tablet 150 mg) dengan 100 mg RitonavirĀ (satu tablet 100 mg) yang diminum bersama-sama dua kali sehari selama 5 (lima) hari.

Berdasarkan hasil kajian terkait keselamatan, Paxlovid aman dan bisa ditoleransi. Efek samping tingkat ringan hingga sedang yang paling sering dilaporkan pada kelompok yang menerima obat yakni dysgeusia (gangguan indra perasa) (5,6%), diare (3,1%), sakit kepala (1,4%), dan muntah (1,1%) dengan angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang menerima plasebo (berurutan 0,3%; 1,6%; 1,3%; dan 0,8%).

Dengan disetujuinya Paxlovid, makin banyak obat Covid-19 yang telah mengantongi izin dari BPOM. Sebelumnya EUA telah diterbitkan untuk antivirus Favipiravir dan Remdesivir (2020), antibodi monoklonal Regdanvimab (2021), serta Molnupiravir (2022).


(npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vaksin Covid-19 Diperpanjang Masa Kadaluwarsanya, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular