
Alasan Elon Musk Batal Beli Twitter, Bot atau Saham Tesla?

Jakarta, CNBC Indonesia - Elon Musk secara resmi mengakhiri tawarannya untuk membeli Twitter. Setelah mengisyaratkan bahwa dia tidak lagi menginginkan perusahaan karena perhitungan akun bot dan pernyataan palsu yang Twitter buat. Sehingga kuasa hukum Musk mengambil langkah untuk mengakhiri kesepakatan senilai US$44 miliar untuk membeli Twitter.
"Tuan Musk mengakhiri Perjanjian Penggabungan karena Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan Perjanjian itu, tampaknya telah membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang kepada Tuan Musk ketika memasuki Perjanjian Penggabungan, dan kemungkinan akan merugikan Perusahaan. Efek Merugikan Material," tulis pengacara Musk dalam surat kepada Chief Legal Officer Twitter, Vijaya Gadde, dikutip dari TechCrunch, Senin (11/7/2022).
Musk menunjuk pada klaimnya yang tidak berdasar bahwa Twitter menyesatkan investor dan pengguna tentang jumlah akun palsu di platformnya, yang telah lama diperkirakan perusahaan di bawah 5%.
Musk tidak mendapatkan jumlah bot Twitter sebelum menandatangani kesepakatan dan benar-benar menyebutkan bahwa ia berencana untuk menangani masalah spam platform sebagai pemilik baru perusahaan.
Secara luas diasumsikan bahwa Musk ingin keluar karena pasar anjlok tak lama setelah persyaratan kesepakatan disepakati, yang sebagian juga berpengaruh pada sebagian besar saham Tesla-nya juga.
Saham pembuat kendaraan listrik tersebut terpangkas setengahnya antara April dan akhir Mei dan belum pulih sejak itu. Pada pertengahan Mei, harga saham Twitter sendiri telah turun menjadi kurang dari US$40 per saham. Musk menggunakan saham Tesla miliknya untuk mendukung rencana akusisi atas Twitter.
Meskipun demikian, argumen Musk pada dasarnya adalah bahwa Twitter salah menyampaikan angka jumlah pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi dan dengan demikian melanggar ketentuan kesepakatan.
Tim kuasa hukum Musk melanjutkan dengan mengklaim bahwa Twitter tidak memberinya akses yang cukup ke datanya untuk melakukan analisisnya sendiri. Surat itu juga menyatakan bahwa Twitter memberi tahu Musk dalam panggilan telepon yang tidak dilaporkan bahwa perusahaan menyertakan akun yang ditangguhkan dalam jumlah pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi.
Bret Taylor, ketua dewan direksi Twitter, menanggapi surat Musk yang dikirim pada Jumat (8/7), dengan menggandakan niat perusahaan untuk menyelesaikan kesepakatan. "Dewan Twitter berkomitmen untuk menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Tuan Musk dan berencana untuk mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger," tulis Taylor. CEO Twitter Parag Agrawal me-retweet Taylor.
Agrawal sebelumnya telah menolak tuduhan Musk bahwa Twitter meremehkan akun palsu yang beredar, menggambarkan metodologi perusahaan yang menggeneralisasi data untuk seluruh platform berdasarkan pengambilan sampel akun secara acak.
"Kami tidak percaya bahwa estimasi khusus ini dapat dilakukan secara eksternal, mengingat kebutuhan kritis untuk menggunakan informasi publik dan pribadi [yang tidak dapat kami bagikan]," tweet Agrawal pada bulan Mei. "Secara eksternal, bahkan tidak mungkin untuk mengetahui akun mana yang dihitung sebagai mDAU pada hari tertentu."
Jauh dari jelas bahwa kritik Musk yang tidak berdasar terhadap jumlah bot Twitter akan dianggap sebagai alasan yang cukup valid untuk mengakhiri kesepakatan, terutama mengingat bahwa Twitter ingin menyelesaikannya. Baik atau buruk, kita akan mendengar lebih banyak tentang argumen itu dalam beberapa hari mendatang ketika Musk dan Twitter mulai menyelesaikan proses akuisisi yang menggantung ini selama berbulan-bulan di pengadilan.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Tesla Caplok Twitter Rp 618 T, Uangnya Dari Mana?