Simak Jurus Tangkal Investasi Bodong!

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
30 June 2022 19:45
Infografis: Ini Daftar Investasi Bodong Terbaru di RI
Foto: Infografis/Ini Daftar Investasi Bodong Terbaru di RI/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Mati satu tumbuh seribu, kasus investasi bodong di Indonesia bukannya surut malah semakin menjamur. Satuan Tugas Waspada Investasi menyebutkan dalam 10 tahun terakhir investasi bodong di Indonesia telah menimbulkan kerugian lebih kurang senilai Rp 117,5 triliun.

Direktur perusahaan pengelolaan investasi, Asiantrust Asset Management, Armand Marthias menilai, kasus investasi bodong di Indonesia merupakan bentuk pelanggaran kode etik yang berulang kali terjadi di Indonesia. Dan seiring dengan kemajuan pasar modal dan kecanggihan infrastrukturnya, bentuk pelanggaran kode etik tersebut menjadi lebih kompleks dibandingkan sebelum-sebelumnya.

"Semakin ke sini bentuk pelanggaran etika di pasar modal menjadi lebih advanced baik dari bentuk produk dan skemanya, cara penyebarannya maupun investor dan para pelakunya. Hal ini juga tidak hanya terkait investasi bodong saja," ujar Armand, Kamis (30/6/2022).

Menurutnya hal itu dapat dipicu oleh tingginya permintaan akan keuntungan investasi yang lebih besar secara cepat dan semudah mungkin.

"Secara sistemik, ada satu hal yang menjadi kunci kenapa banyak pelanggaran etika pasar modal terjadi, contohnya investasi yang bodong, yaitu karena banyak dari kita yang masuk pasar modal dengan tujuan untuk menjadi cepat kaya," katanya.

"Kita akan mencari segala cara untuk membuat kita kaya besok, nah ketika hal itu terjadi, maka seperti hukum supply dan demand pada umumnya, ketika ada demand untuk cepat menjadi kaya, maka supply-nya akan muncul dan karena itulah timbul berbagai macam struktur yang cenderung melanggar kode etik untuk memenuhi permintaan tersebut, salah satunya adalah produk dan skema investasi yang di luar kewajaran," bebernya.

Investasi seharusnya membutuhkan proses untuk bisa dirasakan hasilnya selain membutuhkan waktu yang relatif panjang,

"Kita itu melihat bahwa investasi itu jangka panjang dan ada prosesnya, kita sebaiknya juga terus meningkatkan pengetahuan kita mengenai produk investasi yang kita pilih," katanya.

Selain itu ia juga menyarankan bagi para calon investor untuk mengidentifikasi tujuan sebelum terjun ke dalam pasar modal.

Asiantrust Asset Management selaku manajer investasi, menurutnya selalu memberikan informasi dan edukasi terkait kepada para nasabahnya. Hal itu merupakan kewajiban fiduciary kepada para nasabah bahwa portfolio mereka dikelola secara transparan dan akuntabel.

"Selain dari goal based investing, manajer investasi harus juga terbuka kepada investor, apa saja isi portofolio dan mengapa kita memilih aset tersebut, banyak konten yang kita berikan kepada investor ketika contoh memilih saham pertambangan lalu saham tersebut turun maka hal ini akan kita jelaskan kepada nasabah apa pandangan kita mengenai hal tersebut. Jika nasabah akhirnya berbeda pendapat dan tidak percaya dengan pandangan kami, ya tidak apa-apa, tetapi itu merupakan kewajiban kami untuk menjelaskan portofolio, karena pada akhirnya portofolio itu adalah dana investor, jadi kita harus memberikan informasi sedetail mungkin," paparnya.

Juga terkait risiko. Menurutnya calon investor juga harus menyadari bahwa dalam investasi selalu ada risiko. Agar tidak terjebak dalam investasi bodong, ia menyarankan agar menimbang return yang normal dari produk investasi yang ditawarkan.

"Sederhananya itu begini, untuk investasi yang risikonya tinggi ya return-nya tinggi dan yang risikonya rendah ya rendah juga return-nya, nah sekarang pertanyaannya persentase return yang normal itu seperti apa? Hal ini bisa dilihat dari return rata-rata jangka panjang pasar saham Indonesia. Saham dengan return di atas itu, tentu risikonya juga lebih besar. Dapat juga dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, misalnya bentuk investasi yang di atas itu, tentu memiliki risiko yang lebih tinggi pula," jelasnya.

"Secara umum pilihan investasi itu beragam, tetapi lazimnya bertambah usia kita maka aset kita akan semakin besar. Di sisi lain semakin kecil pula kita ingin mengambil risiko dalam investasi. Nah di level mana investor comfortable, dengan pilihan produk investasinya, hal itu tergantung pada usia, financial literacy, dan sebagainya. Hal-hal yang kita sebut risk profile. Sebenarnya persoalannya seberapa kita siap mental untuk membeli suatu produk investasi? Apabila produk investasi kita itu nilainya turun apa lantas kita sebut bodong? Kita tidak bisa melihat satu sisi saja, lagipula apabila produk investasi itu menguntungkan, juga belum tentu hal itu kredibel dan tidak ada pelanggaran etika di dalamnya," katanya.

Ke depannya ia berharap, semakin terceliknya masyarakat Indonesia akan literasi keuangan peran seluruh pihak dapat lebih ditingkatkan melalui digitalisasi dan sentralisasi informasi produk investasi.

"Ke depannya saya rasa pasar modal kita melalui OJK, para Self Regulatory Organization (SRO) dan sistem perbankan akan lebih banyak menggalakkan transparansi informasi untuk diberikan kepada publik terkait produk-produk investasi dan segala turunannya. Apabila hal ini terjadi maka pasar modal kita akan semakin diminati oleh lebih banyak lagi investor baik dari dalam maupun dari luar negeri," ucapnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pluang Perkuat Komitmen Jadi Platform Wealth Tech Terlengkap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular