Beda Fast Charging & Quick Charging, Apakah Merusak Baterai?
Jakarta, CNBC Indonesia - Smartphone terus berevolusi menghadirkan berbagai fitur canggih. Sebagai barang yang menunjang mobilitas Anda, smartphone harus selalu menyala agar bisa digunakan. Baterai yang cepat habis bisa bikin Anda mati kutu. Namun jangan panik, kini sudah banyak smartphone yang dilengkapi fitur fast charging.
Biasanya, smartphone kelas menengah dan atas (flagship) yang menyuguhkan fitur fast charging. Fitur ini rasanya sudah menjadi kewajiban yang harus tersemat di smartphone kekinian.
Namun, Anda mungkin mengenal fast charging dengan sebutan quick charging. Meski terdengar mirip, ternyata kedua istilah tersebut adalah hal yang berbeda. Berikut beda fast charging dan quick charging, apakah merusak baterai?
Apa Itu Fast Charging?
Fast charging adalah fitur pengisian daya baterai secara cepat yang umumnya menggunakan kabel. Sesuai namanya, fitur ini membuat Anda bisa mengisi baterai smartphone dalam waktu yang cukup singkat.
Namun, tak sembarang kabel yang mendukung teknologi fast charging. Umumnya fast charging ditemukan dengan kabel berjenis USB Type-C. Sementara, charger harus memiliki daya hantar listrik sebesar 15 Watt untuk bisa masuk kategori fast charging.
Secara persamaan matematis, teknologi fast charging diformulasikan dari hasil perkalian satuan Volt (V) yang menunjukkan tegangan dan Ampere (A) sebagai kuat arus. Sebagai contoh, pengisian daya pada tegangan 5 Volt dan kuat arus 3 Ampere bisa menghantarkan daya hingga 15 Watt.
Apa Itu Quick Charging?
Setelah paham apa itu fast charging, Anda mungkin masih bertanya-tanya pengertian quick charging. Singkatnya, quick charging adalah trademark dari perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, Qualcomm.
Sebutan quick charging bakal disematkan pada setiap smartphone buatan Qualcomm, seperti Smartphone for Snapdragon Insiders yang merupakan hasil kerja sama dengan ASUS. Selain itu, istilah quick charging juga berlaku untuk smartphone lain yang dipersenjatai chipset buatan Qualcomm.
Beda Fast Charging dan Quick Charging
Jadi, fast charging dan quick charging sebenarnya memiliki fungsi yang serupa. Keduanya sama-sama bisa mengisi daya baterai smartphone dalam waktu yang cukup singkat. Bedanya, quick charging hanya berlaku untuk smartphone yang ditanamkan chipset buatan Qualcomm.
Sementara, istilah fast charging bersifat universal. Seluruh smartphone dan charger yang telah mendukung teknologi pengisian daya cepat berhak memakai sebutan fast charging. Namun, fast charging dan quick charging hanya bisa berfungsi dengan baik jika digunakan pada perangkat yang tepat.
Apakah Merusak Baterai?
Mitos fitur fast charging atau quick charging bisa merusak baterai pasti sudah Anda dengar. Umumnya, baterai smartphone Anda disebut bakal memiliki umur pendek jika menggunakan fitur fast charging. Lantas, benarkah begitu?
Jangan panik, faktanya mitos tersebut hanya isapan jempol belaka. Pabrikan smartphone pasti sudah melakukan formulasi yang sesuai standar sebelum meluncurkan produknya ke pasar. Itu termasuk kombinasi daya hantar charger dan jenis baterai yang umumnya berbahan Lithium-Ion.
Saat Anda mengisi daya baterai smartphone akan terbagi dalam tiga tahap, yaitu arus konstan, saturasi, dan trickle atau topping. Setelah mencapai kapasitas tertentu, proses pengisian daya akan melambat.
Jadi, fase konstan akan menghantarkan daya dengan tinggi yang membuat baterai terisi dengan cepat. Memasuki fase saturasi, arus daya akan mulai menurun. Sampai pada akhirnya daya akan mengalir perlahan hingga baterai penuh di fase trickle atau topping.
Umur Baterai
Baterai smartphone umumnya memiliki umur penggunaan yang optimal berkisar 3-5 tahun atau antara 500-1.000 kali siklus (cycle) pengisian daya. Lantas, apakah fitur fast charging dapat memperpendek umur baterai?
Sayang, keberadaan fitur fast charging kerap disalahgunakan oleh pengguna smartphone. Daya baterai yang terisi dengan cepat membuat Anda lebih intens menggunakan smartphone dan proses pengisian daya pun bakal lebih sering dilakukan.
Proses pengisian daya yang sering dilakukan jelas membuat mengurangi umur penggunaan baterai smartphone sehingga performanya tidak akan sebaik dulu. Namun, ini kembali pada kebiasaan setiap pengguna smartphone. Jadi, bijaklah dalam mengisi daya smartphone.
Jenis Charger yang Mendukung Fast Charging
Jangan panik jika smartphone Anda mendukung fast charging, tapi charger bawaan pabrik rusak. Anda masih tetap bisa menggunakan charger lain untuk mengisi daya baterai. Namun, proses pengisian daya tak akan secepat biasanya karena daya yang dihantarkan bisa jadi lebih rendah dibanding yang direkomendasikan.
Namun, ini tidak disarankan karena akan membuat baterai smartphone Anda mengalami kerusakan. Cara yang bisa Anda lakukan adalah kembali menggunakan charger asli. Meski begitu, charger asli mungkin sulit ditemukan di pasaran.
Kini sudah banyak tersedia charger yang mendukung teknologi fast charging, seperti ROKER. Charger yang bagus tak hanya punya output tinggi, tapi harus juga dilengkapi perlindungan agar smartphone tidak overcharge atau overheat.
Sebagai merek yang sudah lama berkecimpung di dunia aksesoris gadget, ROKER selalu menekankan kecepatan dalam pengecasan dan keamanan penggunanya. Berdiri sejak 2010, sudah ada ratusan jenis produk untuk aksesoris gadget, seperti charger, earphone, powerbank, kabel data, card reader, speaker, headset, kabel audio, dan berbagai aksesoris lainnya.
Teranyar, ROKER meluncurkan charger terbaru bernama Roker Thanos Power Delivery 30w. Punya output tinggi yang mencapai 30 watt, charger ini bisa Anda gunakan di smartphone dengan fitur QC ataupun super fast charging.
Jika menggunakan charger asli sudah cukup cepat, menggunakan charger ROKER bakal lebih menghemat waktu Anda. Ada juga overheat protection dan overcharge protection yang akan otomatis berhenti mengisi daya jika baterai smartphone Anda sudah penuh.
Charger ini juga dilengkapi fitur Power Delivery yang bisa digunakan sebagai pengisi daya untuk laptop.
(dru)