
Warning Terbaru: Ada Spyware Hermit Incar Android dan iPhone

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah perusahaan Italia, RCS Labs dilaporkan menyebarkan malware pada sejumlah pengguna di Italia dan Kazakhstan. Google menyebutkan mereka menjadi korban dari spyware Hermit dan modular dari RCS Labs.
Menurut raksasa teknologi itu, malware itu bisa mencuri data dan juga melakukan perekaman dan panggilan, dikutip dari Threat Post, Senin (28/6/2022).
Peneliti Google Threat Analysis Group (TAG), Benoit Sevens dan Clement Lecigne mengatakan pelaku akan mengirimkan tautan unik pada targetnya ke aplikasi palsu. Cara ini untuk membuat korban mengunduh dan menginstal spyware yang sudah disiapkan.
Menurut para peneliti, laman tersebut berbahasa Italia. Web itu akan meminta pengguna menginstall salah satu aplikasi untuk memulihkan akun mereka.
Keduanya mengklaim jika tidak ada aplikasi peniru tersebut yang ditemukan di masing-masing toko aplikasi baik Apple dan Google.
"Kami merinci kemampuan yang kami kaitkan dengan RCS Labs, vendor Italia menggunakan kombinasi taktik termasuk unduhan drive-by atipikal sebagai vektor infeksi awal, untuk menargetkan pengguna seluler di iOS dan Android," kata juru bicara Google TAG.
Terungkap pula jika para pelaku berkolaborasi dengan ISP korban untuk menonaktifkan konektivitas data selulernya.
Salah satu aplikasi peniru adalah mirip dengan Vodafone dari iOS, ungkap Ian Beer dari Google Project Zero. Pelaku akan mengirimkan link ke aplikasi berbahaya itu lewat SMS ke korbannya.
"SMS mengklaim untuk memulihkan konektivitas data seluler, target harus menginstall aplikasi operator dan menyertakan link mengunduh dan menginstall aplikasi palsu," jelasnya.
Sementara itu penggunaan spyware Hermit sebenarnya legal menurut undang-undang nasional hingga internasional. Namun peneliti TAG mengatakan spyware juga kerap ditemukan digunakan oleh pemerintah.
"Mereka sering ditemukan digunakan oleh pemerintah untuk tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi: menargetkan pembangkang, jurnalis, pekerja hak asasi manusia dan politisi partai oposisi," kata peneliti Google TAG.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengguna Android Waspada, Ada Bahaya Mengancam HP Kamu