Media Sosial Mendominasi, Portal Berita Dijauhi?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
22 June 2022 18:25
twitter
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Portal berita online saat ini kalah populer dibanding media sosial bagi sebagian orang, terutama untuk golongan usia 18-24 tahun dan 25-35 tahun. Apa yang terjadi?

Menurut penelitian Reuters, 39% orang berusia muda (18-24 tahun) lebih memilih media sosial sebagai tempat mencari berita. Lebih tinggi dibanding pengguna yang mengakses berita lewat web langsung atau aplikasi berita.

Pertumbuhan pengguna media sosial terus berkembang secara signifikan tiap tahunnya. Disertai dengan kemunculan media sosial baru seperti TikTok yang dengan cepat mengambil hati anak muda. Sementara Instagram dan Telegram kian populer bagi mereka yang berusia muda.

Sumber BeritaFoto: Reuters
Sumber Berita

Sementara untuk usia 25-34 tahun, media sosial Facebook masih jadi andalan dalam mencari berita. Menurut penelitian Reuters, adaptasi menggunakan TikTok lebih lambat pada kelompok usia ini.

Wawancara yang dilakukan oleh Reuters mengungkapkan ketertarikan usia muda menggunakan media sosial untuk mengakses berita karena tertarik pada platform media visual (dan khususnya video online) yang informal dan menghibur.

Pasalnya, platform tersebut mampu memberitakan kejadian lebih personal dan beragam sudut pandang daripada TV.

"Di TV kami selalu melihat hal yang sama, tetapi di YouTube, Spotify, TikTok, kami memiliki keragaman. Kita bisa mendapatkan semua ini dan melihat bahwa ada keragaman, masyarakat jauh melampaui apa yang kita jalani," kata salah satu sumber yang diwawancari oleh Reuters.

Meski demikian, untuk usia di bawah 35 tahun sebagian besar mereka lebih suka membaca. Sebanyak 58% mengatakan suka membaca berita daripada menonton hanya 15% dari total keseluruhan orang yang disurvei. Terutama untuk mencari berita yang aktual dan bisa dengan ringkas mengetahui peristiwanya.

Golongan usia di bawah 35 tahun mulai menghindari berita, menunjukkan tingkat kepercayaan berita di rentang usia tersebut mulai pudar. Survey Reuters menunjukkan bahwa tingkat menghindari berita tertinggi oleh kelompok usia 25-34 tahun yaitu 42%. Sementara usia 18-24 tahun sebanyak 40%. Paling rendah kelompok usia 35 tahun ke atas yaitu 36%. Kenapa ini terjadi?

Penyebabnya adalah membaca atau menonton berita memiliki efek negatif pada suasana hati mereka. Terutama baru-baru ini berita tentang politok dan virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Alasan lain adalah mereka menganggap berita dianggap mereka memberikan informasi bias atau tidak dapat dipercaya. Hal ini karena usia di bawah 35 tahun tumbuh di era digital dan telah dilatih untuk bersikap lebih kritis dalam menerima informasi. Sehingga pendekatan skeptis terhadap semua informasi dan sering mempertanyakan 'agenda' penyedia berita.

Tingkat Menjauhi BeritaFoto: Reuters
Tingkat Menjauhi Berita

Menurut Reuters nama besar media tidak berpengaruh terhadap kepercayaan konsumsi berita usia muda. Bahkan ketika media tersebut terang-terangan menunjukkan ketidakberpihakannya kepada siapapun. Sehingga mereka tetap memilih menjauh.

Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua berita dihindari. Topik mengenai perang, Covid-19, dan politik yang dianggap meresahkan hati merekalah yang akan dihindari.

Seperti yang dikemukakan oleh reuters dalam penelitiannya, kelompok usia muda sering membedakan antara berita sebagai 'agenda' tradisional politik dan terkini yang sempit dengan berita sebagai 'payung' yang jauh lebih luas. Berita ini mencakup topik-topik seperti olahraga, hiburan, gosip selebriti, budaya, dan pengetahuan.

"Saya suka berita tentang olahraga, makanan, kesejahteraan, dan kesehatan. Saya tidak suka melihat berita tentang kekerasan," ucap seorang pria di Brasil kepada Reuters.

Motivasi kelompok muda untuk membaca berita bisa dikatakan terbatas. Mereka akan mencari berita yang mereka sukai dan terus update. Minat mereka terhadap berita untuk mendapatkan hiburan dan informasi.

Pada akhirnya media penyedia berita harus adaptasi agar bisa berkorelasi dengan tren sekarang. Menghubungkan topik yang diminati oleh kelompok usia muda dengan mengembangkan konten multimedia dan platform khusus untuk untuk menarik minat. Daripada menunggu merek datang.

Adaptasi kemasan berita yang lebih catchy juga tak terbatas pada topik yang diminati kelompok tersebut. Topik-topik peristiwa hangat seperti Covid-19 atau konflik Rusia juga diinginkan saat mereka merasa perlu memperbaharui informasinya.

 

 TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular