
Shopee Masih Bakar Uang & Gaji Tinggi di Tengah Gelombang PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Shopee dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Lini bisnis ShopeeFood dan ShopeePay disebut yang bakal terkena dampak.
Hal tersebut akhirnya dikonfirmasi CEO Shopee, Chris Feng. Ia mengatakan mereka membuat beberapa penyesuaian untuk mengoptimalkan bisnis perusahaan. Dalam memo internal yang dilaporkan The Straits Times, disebutkan itu terjadi pada segmen dan pasar tertentu. Namun demikian tidak ada informasi detail negara mana saja yang terdampak kebijakan PHK.
Handhika Jahja, Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, telah menegaskan langkah penyesuaian bisnis ini tidak mencakup operasional Shopee di Indonesia.
Di tengah gelombang PHK ini, apakah Shopee masih bakar uang?
Melihat laporan keuangan Sea Ltd., induk perusahaan Shopee, menyatakan per akhir Q1 2022, kas dan setara kas yang dikantongi oleh perusahaan mencapai US$8,8 miliar atau sekitar Rp 129,6 triliun.
Sebagian besar dana tersebut diraih oleh Sea dari keberhasilan penggalangan dana US$6 miliar dari penjualan American Depository Receipt dan obligasi konversi pada Q3 2021 yang membuat pos kas dan setara kas perusahaan melonjak dari "hanya" US$5,6 miliar pada Q2 2021 menjadi US$11,8 miliar.
Setelah sukses menggalang dana jumbo pada September 2021, Sea mendorong Shopee untuk agresif. Shopee mulai merambah pasar baru seperti India dan Eropa, setelah sukses di Asia Tenggara dan Brasil.
Agresivitas Shopee diiringi oleh penyusutan kas dan membuat kas Sea Ltd US$10,2 miliar pada Q4 2021 menjadi US$8,8 pada Q2 2022.
Saat dana tunai yang tersedia terus menyusut, order yang diproses Shopee ikut turun. Order yang diproses oleh Shopee secara global memang naik dari 1,4 miliar pesanan pada Q1 2021 menjadi 1,9 miliar pesanan pada Q1 2022.
Namun, jumlah tersebut lebih sedikit dibanding pesanan pada 3 bulan terakhir tahun lalu, yaitu 2 miliar order. Ini adalah penurunan jumlah order quarter-to-quarter (Q to Q) pertama sejak awal 2020.
Pendapatan Shopee juga merosot secara kuartalan, dari US$1,6 miliar pada 3 bulan terakhir 2021 menjadi US$1,5 miliar pada Q1 2022.
Sementara itu, aliran sumber dana segar Sea lainnya selain investasi baru, juga tersendat. Perusahaan gim "saudara" Shopee, Garena, juga dilaporkan terus kehilangan pengguna. Perusahaan pembuat dan penerbit game online Free Fire itu dilaporkan pada Q1 2022, jumlah pengguna aktif Garena terus merosot ke 615,9 juta pengguna dengan jumlah pengguna yang membayar turun ke 61,4 juta.
Penurunan jumlah pengguna ini membuat EBITDA disesuaikan Garena turun dari US$717,3 juta pada Q1 2021 menjadi US$431,4 juta pada Q1 2022. Padahal, Garena adalah satu-satunya divisi bisnis Sea yang profit sehingga menyumbangkan aliran dana tunai ke kas perusahaan.
Sea kemudian telah mengambil langkah cepat dengan mengerem ekspansi. Shopee mengurungkan niat ekspansi di Prancis dan India. Jika benar langkah berikutnya adalah pengurangan jumlah pegawai, bisa jadi dana tunai yang ada di kas Sea menyusut makin cepat.
Menurut laporan keuangan, beban umum dan administrasi Sea meningkat sebesar 59,2% yoy menjadi US$396,1 juta pada Q1 2022.
Menurut penjelasan manajemen Sea "peningkatan ini karena beban kredit dari bisnis layanan keuangan digital kami, biaya fasilitas kantor dan beban terkait, serta biaya staf yang lebih tinggi karena peningkatan jumlah karyawan untuk mendukung pertumbuhan bisnis".
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Shopee Dikabarkan Terhantam Badai PHK, Termasuk di Indonesia