Ramai-ramai Startup PHK & Tutup, Inikah Penyebabnya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah startup sedang dilanda gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan, bahkan tak sedikit yang akhirnya harus gulung tikar.
Tak hanya di dalam negeri, badai PHK juga menghantam banyak perusahaan teknologi di Silicon Valley. Bukan cuma startup yang baru dirintis, melainkan juga perusahaan yang sudah berhasil mencapai status unicorn.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan fenomena ini merupakan hal biasa.
Bisnis modelnya belum tepat atau target market-nya masih salahEdward Ismawan Chamdani |
Dia yang juga menjabat Managing Partner Ideosource Venture Capital mengatakan PHK merupakan bagian dari keputusan bisnis yang belum tepat. Edward juga menyatakan tak kaget dengan startup memiliki strategi efisiensi melalui pemangkasan jumlah karyawan.
"Saya enggak bilang salah, tapi keputusan bisnis dalam arti apakah bisnis modelnya belum tepat atau target market-nya masih salah, atau ada value change yang mereka fokusnya terlalu lebar," ujar Edward kepada CNBC Indonesia.
Iklim industri startup
Perusahaan Modal Ventura, Sequoia Capital, meminta para startup untuk berhemat demi kelangsungan hidup. Ini terjadi di tengah merosotnya pasar saham dan ekonomi yang suram. Permintaan itu disampaikan dalam presentasi setebal 52 halaman yang dilaporkan CNBC Internasional.
"Kami percaya ini adalah Momen Crucible. Pertama dan terpenting kita harus mengenali lingkungan yang berubah dan mengubah pola pikir untuk merespons dengan niat daripada penyesalan," isi presentasi tersebut.
Momen Crucible adalah masa-masa sulit yang bisa membawa perubahan. Pada masa ini startup diharapkan untuk merefleksikan diri dan membuat keputusan besar demi keberlanjutan perusahaan.
Sequoia menyatakan inflasi berkelanjutan dan konflik geopolitik membuat kemampuan solusi kebijakan menjadi terbatas seperti memangkas suku bunga atau pelonggaran kuantitatif.
Mereka mengingatkan bahwa kondisi saat ini berbeda dengan kondisi selama pandemi. Pada periode pandemi, anjloknya perekonomian diikuti oleh pertumbuhan pesat seiring dengan meredanya wabah Covid-19.
"Kali ini banyak dari komponen itu habis. Kami tidak percaya bahwa ini akan jadi koreksi tajam lainnya diikuti pemulihan berbentuk [kurva] V yang sama cepatnya seperti yang dilihat di awal pandemi," kata Sequoia, dikutip CNBC Internasional.
(dem)