Ada yang Terkenal, Ini 4 Startup RI yang Mati di Tengah Jalan

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Sabtu, 28/05/2022 14:45 WIB
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah startup dikabarkan mati di tengah jalan. Ada berbagai alasan perusahaan rintisan itu akhirnya gulung tikar.

Juru bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi mengatakan di Indonesia startup mengalami kegagalan karena faktor manajerial. Misalnya kurang pengalaman dan visi jelas dari pendirinya.


Selain itu, mengutip laporan Failory, dia menambahkan alasan lainnya adalah fokus yang kurang dalam menjalankan bisnis jadi penyebab gagalnya startup di Indonesia.

"Selain itu, menurut laporan dari CB Insights dua alasan utama startup mengalami kegagalan adalah karena kehabisan dana [ran out of cash] dan tidak adanya kebutuhan pasar [no market need]," ujar Dedy saat dihubungi CNBC Indonesia.

Berikut daftar 4 startup yang harus gulung tikar, dirangkum CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Sabtu (28/5/2022):

1. Airy Rooms

Pandemi membuat bisnis hotel agregator berhenti beroperasi. Salah satunya adalah Airy Rooms yang resmi menghentikan operasionalnya pada 31 Mei 2020.

Penghentian operasional Airy Rooms, menurut CEO Louis Alfonso Kodoatie karena mempertimbangkan beberapa hal. Termasuk diantaranya terkait kondisi pasar yang hampir tumbang saat Covid-19 menghantam.

2. Stoqo

Startup yang menjual sembako secara online ini menutup layanannya pada 22 April 2020. Stoqo berjalan dengan konsep B2B (business-to-business) dan memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan atau restoran.

Pandemi menghantam keberlanjutan bisnis ini. "Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa STOQO telah berhenti beroperasi," tulis perusahaan dalam website-nya.

Stoqo dilaporkan memiliki 250 pegawai. Berbagai investor juga telah mendanai perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk's Hill Ventures.

3. Qlapa

Qlapa tutup bukan karena pandemi namun tidak bisa bersaing dengan e-commerce lain seperti Tokopedia dan Bukalapak. Didirikan tahun 2015, startup ini hanya mampu bertahan 4 tahun.

"Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati," tulis manajemen Qlapa merilis pernyataan di situs resminya.

4. Sorabel

Sorabel menutup perusahaannya pada 30 Juli 2020. Dikabarkan alasan dibalik penutupan itu karena kehabisan modal dan kesulitan menggalang pendanaan baru saat pandemi.

"Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada satunya pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi," tulis para pemimpin pada karyawan Sorabel.


(npb/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Raih Cuan & Tak Bakar Uang, Kunci Startup Tarik Investasi 2025