'Kiamat' ATM RI Semakin Dekat, CS Hingga Teller Nyusul Ya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Digitalisasi telah terjadi di dunia perbankan dan membuat aktivitas yang tadinya dilakukan secara offline menjadi online. Salah satunya adalah nasabah mulai meninggalkan transaksi menggunakan anjungan tunai mandiri (ATM).
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan masyarakat beralih ke transaksi online dan mengurangi transaksi melalui ATM. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan transaksi ekonomi dan keuangan digital terus berkembang pesat saat penerimaan dan preferensi masyarakat juga meningkat.
Nilai transaksi digital banking meningkat 45,64% secara tahunan(yoy) menjadi Rp39.841,4 triliun selama 2021, ungkap data dari BI. Tren peningkatan ini kemungkinan berlanjut pada 2022.
"Nilai transaksi digital banking diproyeksikan tumbuh 24,83% (yoy) mencapai Rp 49.733,8 triliun untuk tahun 2022," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers bulan Januari lalu.
Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 66,65% secara tahunan mencapai Rp 34,6 triliun. Nilai transaksi digital banking meningkat 62,82% tahunan menjadi Rp 4.314,3 triliun.
Transaksi dengan ATM, kartu debet dan kredit masih mengalami pertumbuhan namun tidak sebesar transaksi digital.
Bukan hanya ATM, nasib serupa nampaknya juga akan menimpa teller. Digitalisasi juga membuat sejumlah kantor cabang tutup dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kantor cabang yang ditutup mencapai 4.000 kantor.
Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) November 2021 yang diterbitkan OJK menyebutkan jumlah kantor cabang di Indonesia hanya 3.582 unit. Angka itu turun dari 2020 yakni 3.616 unit.
Mayoritas penutupan kantor cabang dilaporkan terjadi pada provinsi padat seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat, serta dengan luas yang relatif kecil (Maluku dan NTT) yang sudah dapat dilayani dengan digitalisasi perbankan.
(npb)