Prospek Besar Ekonomi Digital, HIPMI: Tekanan Hanya Sementara

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
16 May 2022 18:22
Dok. Telkomsel
Foto: Dok. Telkomsel

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan menyentuh US$ 146 miliar pada 2025. Proyeksi ini berdasarkan laporan terbaru e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan Google, Bain & Company

Laporan tersebut menyebutkan nilai ekonomi digital Indonesia melesat 49% year-on-year menjadi US$ 70 miliar pada 2021, dan menjadi US$ 146 miliar pada 2025. Tingginya potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia disebabkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia.

Bahkan di saat pandemi Covid-19, peningkatan jumlah konsumen digital mencapai 21 juta sejak Januari 2021. Besarnya potensi ekonomi digital tersebut harus ditangkap sebagai peluang.

Ketua Bidang IV BPP HIPMI Arya Anugrah Pratama Kuntadi mengatakan bangsa Indonesia tak hanya sekadar sebagai pengguna platform digital perusahaan multi nasional. Tetapi lebih dari itu yakni sebagai developer dan mampu menjual platform digital asli Indonesia ke pasar internasional.

Selain itu, langkah Menteri Erick Thohir dalam membuat Merah Putih Fund dinilai Arya sebagai langkah terobosan yang sangat strategis untuk menumbuhkan dan membuat ekosistem digital nasional semakin kuat. Diharapkan akan semakin banyak bermunculnya unicorn dan decacorn asli Indonesia.

Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis point (bps) atau 0,50 persen membuat indeks bursa global dan Indonesia mengalami tekanan. Tekanan jual saham yang terbesar saat ini dialami oleh perusahaan yang bergerak di bidang teknologi seperti bank digital dan marketplace.

Tekanan jual yang saat ini terjadi di pasar saham dinilai wajar oleh Arya. Koreksi yang terjadi pada saham-saham teknologi dinilai Arya hanya sementara saja. Ketika sentimen kenaikan FED sudah mereda, kinerja harga saham perusahaan digital akan kembali pulih.

Dengan jumlah penduduk yang besar dan besarnya potensi masyarakat Indonesia yang belum menggunakan platform digital masih menjadi daya pikat tersendiri pertumbuhan ekonomi digital.

"Elon Musk dengan SpaceX dan Starlink aja tertarik untuk menggarap ekonomi digital Indonesia. Itu menunjukan potensi pertumbuhan ekonomi digital nasional yang sangat besar. Termasuk di perusahaan startup dan digital nasional," ungkap Arya.

Beberapa waktu yang lalu, Telkom Group melakukan investasi di saham GoTo. Arya menilai investasi yang dilakukan Telkom Group ke perusahaan digital seperti GoTo merupakan keniscayaan. Sebab investasi ke perusahaan digital juga dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi global.

Tujuannya adalah untuk dapat membangun ekosistem digital, sehingga perusahaan telekomunikasi dapat terus mempertahankan pendapatannya dan mampu berkembang di pasar digital yang semakin luas.

"Telkom Group harus menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Bahkan kalau bisa Telkom harus menjadi leader ekonomi digital di kawasan regional. Agar Telkom dapat terus mempertahankan pendapatannya dan bisa mengembangkan ekonomi digital nasional, mereka harus masuk ke perusahaan digital. Mereka juga harus memasukkan orang-orang yang berpengalaman di perusahaan rintisan digital. Dan itu mereka sudah lakukan," kata Arya.

Saat ini investasi yang ditanamkan Telkom Group di perusahaan digital seperti GoTo mengalami koreksi yang sangat drastis. Arya melihat koreksi harga saham GoTo yang mempengaruhi nilai investasi Telkom Group adalah sesuatu yang lumrah terjadi. Sebab harga saham GoTo dan perusahaan teknologi lainnya, baik itu di BEI maupun global, tengah mengalami tekanan jual.

Arya menilai fluktuasi harga yang saat ini terjadi di pasar saham adalah sesuatu yang wajar. Investor tidak bisa memastikan investasi yang ditanamkan pasti untung atau rugi. Sebab fluktuasi harga saham di bursa dipengaruhi beberapa sentimen seperti sentimen global, regional, dan lokal. Saat ini koreksi harga yang terjadi di saham GoTo, Arya menduga semata-mata karena kenaikan bunga FED. Penurunan harga saham juga dialami oleh perusahaan teknologi lainnya. Tidak ada sentimen lain di luar kenaikan suku bunga FED.

"Saya yakin pihak Telkom Group sudah menjalankan prosedur yang benar ketika hendak melakukan investasi di perusahaan digital seperti GoTo. Justru saya mendorong agar terus ada kolaborasi yang positif antara BUMN dengan swasta nasional, termasuk dalam mengembangkan perusahaan digital. Sebab negara yang maju pasti memiliki kolaborasi yang kuat antara BUMN dan swasta. Jika bukan BUMN kita yang berperan, siapa lagi yang akan mengembangkan ekonomi digital Indonesia," pungkas Arya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article SMS Ucapan Natal Ternyata Belum Punah, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular