
Samsung, Xiaomi dan Vivo Minggir, Ini Raja Ponsel Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar ponsel Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar 5% secara tahunan di sepanjang 2021. Menurut Monthly Indonesia Channel Share Tracker dari firma riset Counterpoint Research, ponsel di Indonesia mencapai pengiriman tertinggi dalam satu tahun.
Pertumbuhan ini disebabkan oleh permintaan yang tertunda selama paruh pertama 2021. Laporan Counterpoint juga menyebut adanya kinerja yang baik dari ponsel kelas menengah dan adopsi 5G mendorong beberapa pengguna untuk meningkatkan perangkat yang mereka gunakan.
Perekonomian Indonesia juga mulai pulih pada paruh kedua 2021, karena pelonggaran pembatasan dan penguncian (lockdown) sehingga memicu permintaan ponsel.
Analis Riset Tanvi Sharma, mengatakan kalau bukan karena kekurangan komponen pada paruh kedua 2021, pertumbuhannya ponsel di Indonesia akan lebih tinggi lagi.
![]() |
"Untuk memenuhi tantangan tersebut, merek berfokus pada portofolio tingkat menengah mereka dan meningkatkan harga jual dalam beberapa kasus untuk meneruskan peningkatan biaya kepada konsumen akhir," kata Sharma, dikutip dari laman Counterpoint, Rabu (6/4/2022).
Menurut Counterpoint, Oppo mendominasi pasar ponsel Indonesia selama 2021 dengan merebut pangsa pasar sebesar 22%. Seri A-nya memainkan peran besar dalam pertumbuhan ini. Merek tetap berkomitmen untuk memastikan ketersediaan produk melalui saluran offline dan online.
Sedangkan vivo, didorong oleh portofolio produk yang beragam yang mencakup semua segmen. Popularitas seri Y memastikan pertumbuhannya. sementara seri V tingkat menengah berjalan dengan baik sepanjang tahun. Seri X premium juga mendapat hasil yang positif.
Untuk Samsung, sepanjang 2021 mereka telah memperluas portofolio produknya di segmen ponsel terjangkau. Hal ini cukup berhasil, sebab ponsel terjangkau produsen asal Korea Selatan itu cukup menarik lebih banyak perhatian dari konsumen.
Lain hal dengan Xiaomi. Berdasarkan catatan Counterpoint, merek asal China itu menjadi yang paling terpukul akibat masalah rantai pasokan. Namun terlepas dari ini, Xiaomi merebut posisi keempat di kuartal tersebut.
Masih dari produsen asal China, realme melihat pertumbuhan yang cepat dan termasuk di antara lima merek teratas. Untuk mengatasi masalah kekurangan chipset, OEM mungkin mencari peluang dan kemitraan strategis, seperti yang dilakukan dengan UNISOC.
Kisaran harga US$ 150-US$ 250 meningkat lebih cepat di pasar Indonesia karena pengguna di tingkat pemula meningkatkan dengan cepat.
"Pada tahun 2022, kita akan melihat persaingan ketat untuk posisi teratas. ASP (harga jual rata-rata) untuk smartphone 5G akan terus mengalami penurunan yang lambat," ungkap Sharma.
Smartphone kelas menengah kemungkinan besar akan mengalami peningkatan permintaan tahun ini berkat fokus yang berkelanjutan pada transformasi digital dan perluasan jaringan 5G.
"Kami memperkirakan tingkat pertumbuhan satu digit pada tahun 2022."pungkasnya.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja HP di Indonesia Bikin Kaget! Bukan Oppo, Vivo, Xiaomi