
Imunisasi Dasar RI Kedodoran, Menkes Salahkan Pandemi Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 ternyata berdampak pada imunisasi dasar masyarakat Indonesia. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, program tersebut kedodoran selama dua tahun terakhir.
Budi mengatakan masalah ini karena waktu para tenaga vaksinator habis untuk melakukan vaksinasi Covid-19.
"Karena waktu vaksinator enggak bisa vaksinasi lain karena untuk Covid-19," jelasnya.
Dalam pemaparannya, terlihat jika jumlah kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak 0-11 bulan pada 2020 dan 2021 tak ada yang mencapai target. Masing-masing target adalah 401 kabupaten/kota dan 431 kabupaten/kota. Sayangnya capaiannya pada 2020 hanya 289 kabupaten/kota dan 233 kabupaten/kota tahun lalu.
Begitu pula persentase anak 18-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan Campak Rubella. Tahun 2020 memiliki target 76,4% hanya tercapai 65,3%, lalu 2021 adalah 81% dan capaian 50,3%.
Namun dari pemantauan terlihat ada beberapa wilayah yang vaksin dasarnya masih maju. Bengkulu dan Yogyakarta menjadi beberapa daerah dengan capaian vaksinasi yang baik.
Namun ada temuan menarik soal capaian vaksin dasar ini. Sebab beberapa daerah yang vaksin Covid-19 capaiannya tertinggi ternyata vaksinasi dasarnya rendah, begitu pun sebaliknya di sebagian wilayah lain.
Misalnya DKI Jakarta masuk ke capaian rendah, berbanding terbalik dengan vaksin Covid-19 yang tinggi. Di sisi lain Sulawesi Selatan vaksin dasar tinggi dan vaksin Covid-19 rendah.
"Ini sedang kita pelajari best practice. Kita akan meniru dinkes-dinkes Bengkulu, Jogja, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Bali kok bagus, Kita bisa mempelajari masalah-masalah daerah DKI Jakarta, Sumatra Utara, masalahnya apa kok Jogja, Sumatra Selatan bisa jalan," jelasnya.
"Dengan begitu kita bisa tetap, walau varian Omicron masih ada, Covid-19 ada, bisa meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap," lanjutnya.
(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes Bicara Kekurangan Stok Vaksin Covid-19 di Daerah