Simak Beberapa Update Terbaru dari WHO Soal Varian Omicron

roy, CNBC Indonesia
Selasa, 04/01/2022 12:55 WIB
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Covid-19 varian Omicron menyita perhatian dunia dan kewaspadaan harus tetap diberlakukan. World Health Organization (WHO) misalnya memberi peringatan terbaru soal varian terbaru corona itu.

Lembaga PBB ini menyebut risiko yang ditimbulkan Omicron 'masih sangat tinggi'. Secara global, kasus Covid-19 sudah melonjak 11% dibanding pekan lalu, dengan Omicron sebagai pendorong utamanya.

"(Omicron) telah melampaui Delta yang sebelumnya dominan," kata WHO dalam laporannya, dikutip dari AFP,Selasa (4/1/2022).


"Bukti yang konsisten menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta dengan waktu penggandaan dua hingga tiga hari dan peningkatan pesat dalam kejadian kasus terlihat di sejumlah negara. Termasuk Inggris dan Amerika Serikat, di mana itu telah menjadi varian yang dominan," tambah lembaga itu lagi.

"Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari penghindaran kekebalan dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik."

WHO juga mengingatkan bahwa varian Omicron belum menyebar luar pada kelompok populasi yang berisiko sehingga sulit untuk menentukan apakah varian ini memiliki efek kurang parah dibanding varian sebelumnya.

Dr. Abdi Mahamud, manajer insiden WHO untuk Covid-19, mengatakan data dari Afrika Selatan yang menunjukkan bahwa omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan cukup menggembirakan, tetapi varian tersebut sebagian besar menginfeksi kelompok usia muda yang secara umum memang memiliki sistem kekebalan yang lebih baik dari kelompok lansia.

"Kita semua ingin penyakit ini lebih ringan, tetapi populasi yang terkena dampak sejauh ini adalah yang berusia muda. Bagaimana perilakunya pada populasi lansia, yang rentan - kami belum tahu," ujarnya seperti dikutip dari CNBC International.

Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, mencatat bahwa sejumlah besar orang di Afrika Selatan memiliki antibodi dari infeksi sebelumnya. Antibodi tersebut dapat memberikan beberapa tingkat perlindungan, membuat gejala pasien omicron terlihat lebih ringan daripada populasi yang tidak memiliki antibodi dari infeksi sebelumnya.


(roy/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adopsi Teknologi Tinggi, Infrastruktur Digital Makin Diperkuat