90 Tahun, Misteri Komet Berwarna Hijau Akhirnya Terpecahkan

Novina Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 23/12/2021 18:20 WIB
Foto: Meteor raksasa lintasi langit Norwegia. (Dok: CCTV Norsk meteornettverk)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama 90 tahun ada sebuah misteri menyelimuti komet dengan bayangan hijau. Akhirnya penelitian terbaru berhasil menjelaskan misteri tersebut.

Sering kali, Sabuk Kuiper dan Awan Oort melemparkan bola salju galaksi atau komet terdiri atas es, debu, dan baru dari sisa-sisa pembentukan tata surya. Obyek itu mengalami metamorfosis berwarna-warni saat melintasi langit.

Bahkan kebanyakan kepala komet berubah warna menjadi hijau cerah. Warna itu makin terang saat mendekati Matahari.


Namun menjadi mister saat bayangan hijau ternyata menghilang saat sebelum satu atau dua ekor yang tertinggal di belakang komet. Misteri itu bahkan sudah diteliti berbagai penelitian selama 90 tahun.

Tahun 1930, fisikawan Gerhard Herzberg memiliki teori jika fenomena tersebut akibat dari sinar Matahari yang menghancurkan karbon diatomik namun teori sulit untuk diuji. Berikutnya 90 tahun kemudian, studi terbaru dipimpin UNSW Sydney diterbitkan 20 Desember 2021 juga berusaha menyingkap teori berpuluh-puluh tahun lalu tersebut.

"Kami telah membuktikan mekanisme di mana dikarbon dipecah oleh sinar Matahari," jelas profesor kimia di UNSW Science dan penulis senior studi, Timothy Schmidt, dikutip dari Scitechdaily, Kamis (23/12/2021).

"Ini menjelaskan mengapa koma hijau, lapisan kabur gas dan debu yang mengelilingi nukleus, menyusut saat komet mendekati Matahari dan mengapa ekor komet tidak berwarna hijau".

Dikarbon sangat reaktif dan yang memberikan warna hijau pada komet. Hal itu terdiri atas dua atom karbon yang saling menempel dan hanya bisa ditemukan dengan lingkungan yang sangat energik atau oksigen rendah. Ini terjadi seperti bintang, komet, dan medium antarbintang.

Bahan tersebut tidak akan terlihat pada komet hingga mendekati Matahari. Saat komet mulai hangat karena Matahari, bahan organik di inti es menguap dan bergerak ke koma.

Berikutnya sinar Matahari memecah molekul organis yang lebih besar dan dikarbon muncul. Sementara hilangnya warna hijau sebelum sampai ke ekor, karena saat komet semakin dekat dengan matahari, radiasi UV ekstrem memecah molekul dikarbon dan menghancurkan sebelum bisa bergerak jauh dari nukleus.

Menanggapi temuan tahun 1930, penulis utama studi serta mantan mahasiswa UNSW Science Honors, Jasmin Borsovsky mengatakan itu sangat luar biasa karena bisa ke tingkat detail dari mekanisme cara terjadi. Berikutnya 90 tahun kemudian, tim peneliti baru mampu apa yang terjadi.

"Herzberg merupakan fisikawan luar biasa dan kemudian memenangkan Hadiah Nobel Kimia tahun 1970-an. Sangat menyenangkan bisa membuktikan teorinya," kata Borsovsky.


(npb/npb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center