Gejala Varian Omicron Lebih Ringan dari Delta? Ini Faktanya

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
Selasa, 21/12/2021 20:49 WIB
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Dokter Afrika Selatan yang pertama kali memberitahu pihak berwenang tentang adanya varian baru Omicron, Dr Angelique Coetzee, mengungkapkan bahwa varian Omicron memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan varian Delta.

Namun, hal ini dibantah oleh Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan. Ia percaya bahwa varian Omicron ini dapat meningkatkan jumlah infeksi penularan, serta menambah pasien di ruang rawat inap dalam beberapa minggu ke depan, terutama bagi orang yang belum di vaksin di beberapa negara.

Selain itu, berdasarkan laporan Aljazeera, pada 14 Desember lalu, administrator asuransi kesehatan swasta terbesar di Afrika Selatan, Discovery Health, bersama Dewan Riset Medis Afrika Selatan (SAMRC), menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech dapat mencegah 70% ancaman harus dirawat inap dan 33 persen perlindungan terhadap penularan yang disebabkan akibat Omicron.


Angka tersebut masih terhitung lebih rendah dari perlindungan dari varian Delta yang mencapai 93% terhadap ancaman rawat inap dan 80% terhadap penularan varian delta. Temuan tersebut menguatkan temuan bahwa varian Omicron dari mampu menghindari bagian dari respons imun yang dipicu oleh vaksin.

Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Imperial College London yang melihat 333.000 kasus, termasuk 122.062 kasus varian Delta dan 1.846 kasus yang dikonfirmasi dari varian Omicron, melalui pengurutan genom antara 29 November dan 11 Desember, dan tidak menemukan bukti perbedaan tingkat keparahan gejala atau rawat inap antara Omicron dengan Delta.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa varian Omicron memiliki risiko menjangkit kembali (reinfeksi) kepada penyintas Omicron, dengan persentase 5,4 kali reinfeksi lebih tinggi dibanding varian yang lain.

Para ahli menilai bahwa varian ini dapat bertransmisi dan berlipat ganda dalam waktu yang cepat, seperti yang terjadi di Inggris. Untuk itu, pada 12 Desember, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengimbau masyarakat untuk melaksanakan vaksin booster dalam mencegah gelombang Omicron yang berkepanjangan.

Saat ini, meskipun perlindungannya kecil, vaksinasi dinilai masih menjadi cara terampuh agar terhindar dari varian Omicron di seluruh dunia. Selain vaksinasi, membatasi aktivitas sosial menjadi cara yang ampuh untuk mencegah meningkatnya angka rawat inap dan morbiditas jangka panjang.


(roy/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center