Metaverse Booming, Belanja Baju Bukan Buat Kamu Tapi Avatar?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
17 December 2021 15:20
Beautiful stylish groom's cufflinks on the shirt
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan pengembangan Metaverse saat ini, semua aktivitas bermigrasi ke dunia virtual. Termasuk dunia fashion, yang kemungkinan akan beralih dari dunia nyata.

Laporan McKinsey & Company dan Business of Fashion 'State of Fashion' mengungkapkan para pemimpin industri sedang melihat perbatasan pada dunia Metaverse.

"Ada semakin banyak 'dunia kedua' di mana Anda bisa mengekspresikan diri (namun) mungkin ada yang meremehkan nilai yang melekat pada individu yang ingin mengekspresikan diri mereka di dunia virtual dengan produk virtual, (melalui) persona virtual," jelas Chief Marketing Officer Gucci, Robert Triefus dalam laporan tersebut dikutip dari CNNInternational, Jumat (17/12/2021).

Namun sebenarnya ini bukan hal baru. Awal 2000-an sudah ada pengalaman piksel dari Dollz hingga Animal Crossing. Industri game juga meletakkan dasar pada mode digital, dengan pakaian atau 'skins' seperti pada Overwatch dan Fortnite.

Pemain besar fashion juga telah memulai memanfaatkan pasar game. Misalnya saja Louis Vuitton mendesain skin untuk League of Legends pada 2019, dan tahun ini Nike serta Raplh Lauren menawarkan aksesoris avatar lewat Roblox.

Non-fungible tokens (NFT) juga dimanfaatkan oleh para raksasa fashion itu. Seperti Dolce & Gabbana yang menjual habis koleksi musim gugur senilai 1.885.719 ETH, yang saat itu setara US$6 juta.

Pandemi juga mendorong para desainer untuk tetap menghadirkan koleksinya di dunia digital. Seperti Hanifa, merek mewah asal Amerika Serikat yang melakukan fashion show secara digital namun tanpa menampilkan model manusia dan pakaian baru yang dirender 3D. Selain itu desainer asal China, Xu Zhi, Andrea Jiapei Li dan Roderic Wong menampilkan koleksi dengan virtual AR dalam Shanghai Fashion Week.

"Merek menyadari harus membuat ruang pameran digital dan peragaan busana digital, untuk menjual koleksi mereka tahun 2020," ungkap Karinna Grant, salah satu pendiri pasar mode NFT The Dematerialized. Bersama dengan Replicant dan Dress X, perusahaan tersebut masuk dalam gelombang pertama pasar mode digital.

Pakaian virtual juga menawarkan harga lebih terjangkau pada merek mewah. Misalnya sepatu digital merek Gucci senilai US$12 pada musim semi lalu.

Ada dampak pada lingkungan juga dengan tren pakaian digital, dimana mengonsumsi lebih sedikit karbon dan menghemat air dari baju yang dihasilkan. "Ini menciptakan kembali seluruh rantai pasokan," jelas ahli strategi teknologi konsumen untuk WGSN, Caitlin Monahan.

"Tidak ada penggunaan air, emisi Co2 sangat terbatas, tidak ada sampel yang dikirim atau dikembalikan. Tidak ada ruang pamer, tidak ada prototipe fisik".


(npb/npb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cara Beli Baju dan Rumah di Metaverse, Pakai Apa Bayarnya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular