
Hujan di Daerah Ini Jadi Tanda Bahaya Bagi Bumi, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Wilayah Arktik mengalami hujan yang baru terjadi dalam sejarah. Yakni Greenland yang turun hujan di lapisan es untuk pertama kalinya pada bulan Agustus.
Namun menurut penelitian baru menunjukkan kejadian hujan itu bisa menjadi normal. Bencana itu bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
Sebagai informasi, sebagian besar Greenland bagian dari wilayah Arktik. Ini bersama dengan Alaska Utara, Kanada, dan Rusia.
Wilayah itu dikenal dengan suhunya yang dingin, rata-rata -40 derajat Fahrenheit atau -95 derajat celcius pada musim dingin. Arktik juga mengalami salju turun yang cukup sering.
Catatan Gerbang Taman Nasional dan Cagar Alam Arktik di Alaska Utara mencatat salju selama delapan bulan dalam setahun. Salju turun setidaknya sekali dalam setiap bulan dalam setahun.
Namun menurut penelitian diterbitkan jurnal Nature Communications sebagian besar wilayah akan lebih sering hujan daripada salju, dikutip USA Today, Jumat (3/12/2021).
Sebelumnya tim peneliti internasional menyimpulkan wilayah akan melihat lebih banyak hujan. Namun kemungkinan baru akan terjadi 2090.
Tapi berdasarkan penelitian terbaru, wilayah Arktik kemungkinan akan sering hujan pada tahun 2050. Ini disebabkan karena es yang mencair, saat es laut mencair atau pecah maka air laut terbuka bercampur dengan kenaikan suhu global dan akan lebih banyak penguapan serta menyebabkan hujan turun.
Hujan juga membuat suhu menjadi naik. Saat puncak Greenland hujan awal tahun ini, tercatat suhu berada di atas titik beku lebih dari 9 jam.
"Pesan yang bisa diambil adalah perubahan mungkin terjadi lebih cepat dan lebih awal dari yang diproyeksikan sebelumnya, yang berarti bahwa dampak selanjutnya juga akan terjadi lebih awal," ungkap peneliti utama dan rekan pascadoktoral di Universitas Manitoba di Winnipeg, Michelle McCrystall.
"Dengan lebih banyak hujan dan lebih sedikit salju, ini juga dapat mengakibatkan lebih banyak pencairan lapisan es, yang dapat mengakibatkan peningkatan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya," kata Michelle McCrystall. "Ini dapat dilepaskan ke atmosfer dan karenanya menyebabkan peningkatan rumah kaca. gas dan dengan demikian pemanasan global lebih lanjut."
Pada bulan Agustus, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis laporan "kode merah untuk kemanusiaan" tentang perubahan iklim, dan mencatat Bumi akan melihat suhu global naik 1,5 derajat Celcius, atau 2,7 derajat Fahrenheit.
Michelle McCrystall dan timnya mengatakan jika planet ini dapat menjaga suhu global agar tidak naik 1,5 derajat Celcius, maka perubahan tersebut dapat dicegah. Tetapi jika hal ini terus berlanjut, dapat mengakibatkan konsekuensi global yang sangat parah.
"Tindakan yang lebih mendesak diperlukan untuk membatasi ini sebanyak mungkin," kata McCrystall.
(npb/npb)
Next Article Alert! Suhu Kutub Utara Pecah Rekor, Bumi Dalam Bahaya Besar
