
Terungkap Asal-usul Air di Bumi, Dari Angin Matahari?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menurut penelitian terbaru, air di Bumi kemungkinan hadir dari Matahari. Penelitian tersebut dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Glasgow dan diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy.
Dalam penelitian itu menggunakan proses disebut sebagai atom probe tomography. Cara ini untuk menganalisa sampel asteroid yang berbeda, dan beberapa diantaranya membawa air dan lainnya mengorbit cukup dekat dengan Matahari.
"Angin Matahari merupakan aliran sebagian besar ion hidrogen dan helium yang mengalir terus menerus dari Matahari ke luar angkasa," jelas Dr Luke Daly dari University of Glasgow dan pemimpin studi, dikutip Sky News, Rabu (1/12/2021).
Dia menjelaskan saat ion hidrogen menabrak permukaan tanpa udara seperti asteroid atau partikel debu antariksa, maka akan menembus beberapa puluh nanometer di bawah permukaan. Dengan begitu bisa mempengaruhi komposisi kimia pada obyek berbatu.
"Seiring berjalannya waktu, efek 'pelapukan antariksa' dari ion hidrogen bisa mengeluarkan atom oksigen yang cukup dari material batuan untuk membuat H2O, air, yang terperangkap dalam mineral di asteroid," kata dia. "Air dari angin Matahari dihasilkan oleh sistem Matahari awal secara isotop ringan".
Luke Daly menambahkan ini menjadi sumber air yang hilang di Bumi. Yakni menunjukkan butiran halus debu yang diterpa angin Matahari dan ditarik dalam pembentukan Bumi selama miliaran tahun lalu.
Teori air dibawa oleh asteroid ke Bumi dibantah oleh Profesor Bland dari Universitas Curtis. Menurutnya pengujian sebelumnya pada isotop asteroid rata-rata tidak cocok dengan air yang ditemukan di Bumi. Ini artinya setidaknya ada satu sumber lain yang belum ditemukan, ungkapnya.
"Penelitian kami menunjukkan angin Matahari menciptakan air di permukaan butiran debu kecil dan air lebih ringan dari isotop kemungkinan menyediakan sisa air di Bumi," kata dia.
Teori angin Matahari ini berdasarkan dari analisa atom demi atom dari fragmen sangat kecil pada asteroid dekat Bumi bertipe S atau Itokawa. Sampel asteroid ini dikumpulkan kendaraan antariksa Jepang, Hayabusa dan telah kembali ke Bumi tahun 2010.
Profesor Bland mengatakan sistem tomografi milik Universitas Curtis bisa melihat hingga 50 nanometer atau lebih pada permukaan Itokawa.
"Yang kami temukan mengandung cukup air akan berjumlah menjadi sekitar 20 liter untuk tiap meter kubik pada batuan," jelas Profesor Bland.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article NASA Coba Prediksi Waktu Asteroid Bennu Hantam Bumi