Internet Jadi Kunci untuk Kesempatan Belajar Talenta Muda

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Kamis, 18/11/2021 17:34 WIB
Foto: Infografis/Cara Mengubah Jaringan 4G ke 5G, Agar Nikmati Internet Ngebut/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Keterjangkauan biaya untuk mendapatkan akses internet di seluruh wilayah Indonesia menjadi tantangan untuk mengatasi persoalan rendahnya konektivitas di beberapa provinsi. Menurut General Manager Enciety Business Consult Don Rozano, kehadiran internet akan membuka kesempatan belajar dan menumbuhkan kreativitas pada talenta muda.

"Di tengah kondisi seperti saat ini, masyarakat membutuhkan pelbagai terobosan. Tidak mungkin lagi hidup as usual. Apalagi menilik data dari BPS bahwa pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,07% atau mengalami kenaikan sebesar 1,84% dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar 5,23%," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (18/11/2021).

BPS juga mencatat, sebanyak 29,12 juta penduduk usia kerja atau 14,28% terdampak COVID-19 dan ada 2,56 juta penduduk menjadi pengangguran. Adapun sekitar 0,76 juta penduduk menjadi Bukan Angkatan Kerja dan 1,77 juta penduduk sementara tidak bekerja, serta 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja.


"Di saat internet sudah menjadi kebutuhan, namun daya beli tidak cukup kuat untuk mendapatkan layanan internet tersebut, maka akan menjadi sebuah tantangan tersendiri baik bagi pemerintah maupun seluruh provider internet," jelas Rozano.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2020 mencapai 27,55 juta orang. Dibandingkan Maret 2020, jumlah penduduk miskin meningkat 1,13 juta orang. Adapun jika dibandingkan dengan September 2019, jumlah penduduk miskin meningkat sebanyak 2,76 juta orang. Persentase penduduk miskin pada September 2020 tercatat sebesar 10,19% atau meningkat 0,41% terhadap Maret 2020 dan meningkat 0,97% poin terhadap September 2019.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2020-September 2020, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 876,5 ribu orang, sedangkan di pedesaan naik sebesar 249,1 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 7,38% menjadi 7,88%. Sementara itu, di perdesaan naik dari 12,82% menjadi 13,20%.

Sedangkan dilihat dari wilayah, persentase penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 20,65%. Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,16%. Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa yaitu 14,75 juta orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan sebesar 1,02 juta orang.

"Bertambahnya penduduk miskin sebagai akibat dari pandemi tersebut juga menjadi cerminan adanya penurunan daya beli masyarakat. Karena tak mampu memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan, maka masyarakat akan berpengeluaran di bawah garis kemiskinan," kata dia.

Ia menyebutkan, tidak mudah bagi provider, khususnya fixed broadband untuk memberikan produk internet dengan kecepatan rendah. Internet Service Provider (ISP) akan lebih memilih menggarap pasar atau mendorong masyarakat untuk menggunakan internet dengan paket kecepatan tinggi yakni 30 Mbps ke atas.

Hal ini bertujuan untuk lebih menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan meminimalisir komplain. Meski begitu, lanjut dia, masih ada sebagian provider yang mengakomodir masyarakat dengan kemampuan terbatas, yakni internet untuk kebutuhan dasar dengan menyediakan paket di bawah 30 Mbps, salah satunya IndiHome.

"Kontribusi swasta sebagai sebuah tanggung jawab (charity) untuk ikut berperan aktif mewujudkan pemerataan infrastruktur dan keterjangkauan harga internet baik di perkotaan dan pedesaan maupun di wilayah tertinggal dan terluar Indonesia masih sangat diharapkan untuk melengkapi berbagai kebijakan yang telah dilakukan pemerintah dalam mendongkrak daya beli masyarakat di masa pandemi ini," ungkap dia.


(dob/dob)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Jaringan Internet, Swasta Minta Insentif ke Prabowo