Jreeng.. Ini Laporan Terbaru CDC AS Efek Samping Vaksin Covid

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
09 November 2021 06:45
FILE PHOTO: Vials labelled
Foto: Vaksin Covid-19 (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) menyatakan vaksin Covid-19 aman dan efektif. Lembaga ini merekomendasikan agar warga berusia 12 tahun ke atas disuntik vaksin secepatnya.

Dalam laporan terbarunya disebutkan meski aman dan efektif, sebagian orang akan menemukan efek samping dari vaksin Covid-19 namun akan hilang dalam beberapa hari.

Efek samping yang mungkin terjadi telah dilaporkan ke bagian eksternal Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin (Vaccine Adverse Event Reporting System/VAERS). VAERS menerima laporan tentang efek samping apapun setelah vaksinasi apa pun.

"Laporan efek samping kepada VAERS setelah vaksinasi, termasuk kematian, tidak selalu berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan. Efek samping yang serius setelah vaksinasi COVID-19 jarang terjadi tetapi dapat terjadi," ungkap CDC, seperti dikutip dari laman Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (9/11/2021).

1. Anafikasis

Anafikasis merupakan reaksi alergi berat yang berujung pada kematian bila terlambat ditagani secara medis. Hal ini jarang terjadi setelah vaksin Covid-19. Di Amerika Serikat sendiri ditemukan kasus 2-5 orang per satu juta yang divaksin.

2. Trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS)

Trombosis dengan TTS setelah vaksinasi Covid-19 Johnson & Johnson Janssen (J&J/Janssen) jarang terjadi. Per 13 Oktober 2021, lebih dari 15,2 juta dosis Vaksin J&J/Janssen COVID-19 telah diberikan di Amerika Serikat.

CDC dan FDA mengidentifikasi 47 laporan yang dikonfirmasi tentang orang-orang yang mendapatkan Vaksin J&J/Janssen COVID-19 dan kemudian mengembangkan TTS. Wanita berusia 50 tahun ke bawah harus waspada terhadap risiko ini meski jarang ditemukan.

3. Guillain-Barre Syndrome (GBS)

CDC dan FDA sedang memantau laporan Guillain-Barre Syndrome (GBS) pada orang yang telah menerima Vaksin J&J/Janssen COVID-19. GBS adalah kelainan langka saat sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel saraf, menyebabkan kelemahan otot dan terkadang kelumpuhan.

Kebanyakan orang pulih sepenuhnya dari GBS, tetapi beberapa mengalami kerusakan saraf permanen. Setelah lebih dari 15,2 juta dosis Vaksin J&J/Janssen COVID-19 diberikan, ada sekitar 233 laporan awal GBS yang diidentifikasi di VAERS per 13 Oktober 2021.

Kasus-kasus ini sebagian besar telah dilaporkan sekitar 2 minggu setelah vaksinasi dan sebagian besar pada pria, berusia 50 tahun ke atas.

4. Miokarditis dan perikarditis

Miokarditis atau peradangan dinding otot jantung dan perikarditis atau peradangan dari perikardium setelah vaksinasi COVID-19 jarang terjadi. Hingga 13 Oktober 2021, VAERS telah menerima 1.638 laporan miokarditis dan perikarditis di antara orang berusia 30 tahun ke bawah yang menerima vaksin COVID-19.

Sebagian besar kasus telah dilaporkan setelah menerima vaksin Moderna dan Pfizer terutama pada remaja pria dan dewasa muda. Melalui tindak lanjut, termasuk tinjauan rekam medis, CDC dan FDA telah mengkonfirmasi 1.005 laporan miokarditis atau perikarditis. CDC dan mitranya sedang menyelidiki laporan ini untuk menilai apakah ada hubungan dengan vaksinasi COVID-19.

5. Laporan kematian setelah vaksinasi COVID-19 jarang terjadi. Lebih dari 423 juta dosis vaksin COVID-19 diberikan di Amerika Serikat dari 14 Desember 2020 hingga 1 November 2021. Selama waktu ini, VAERS menerima 9.367 laporan kematian atau setara 0,0022% di antara orang-orang yang menerima COVID-19 vaksin.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vaksin Zifivax Disuntikkan 3 Kali, Apa Efek Sampingnya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular