Fakta-fakta H10N3, Flu Burung Baru yang Jangkiti Warga China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 June 2021 17:40
infografis, Waspada!, Wabah Flu Burung Bangkit Lagi
Foto: Ilustrasi virus Flu Burung (CNBC Indonesia/Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China mengkonfirmasi kasus infeksi pertama manusia dengan jenis flu burung baru, H10N3, pada, Selasa (1/6/2021).

Dalam sebuah pernyataan, NHC mengatakan seorang pria berusia 41 tahun dirawat di rumah sakit di kota di timur Provinsi Zhenjiang dengan gejala demam pada 28 April. Sebulan kemudian dia didiagnosa mengidap H10N3.

Meski begitu dilaporkan bahwa virus strain baru ini tidak begitu mudah menular.

"Risiko penyebaran skala besar sangat rendah," kata NHC, dikutip dari Straits Times, menambahkan bahwa pria itu dalam kondisi stabil dan kontak dekatnya tidak melaporkan gejala apapun.

Beberapa jenis flu burung telah ditemukan di antara hewan di China. Tetapi wabah massal pada manusia jarang terjadi.

Epidemi flu burung terakhir pada manusia di China terjadi pada akhir 2016 hingga 2017, dengan serangan flu burung strain H7N9. H7N9 diketahui telah menginfeksi 1.668 orang dan merenggut 616 nyawa sejak 2013, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) PBB.

Sementara itu dalam mengatasi wabah flu burung baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pekan lalu mendesak pengawasan yang lebih ketat di peternakan unggas, pasar, dan burung liar.



Lalu seperti apakah flu burung H10N3?
H10N3 adalah jenis flu burung. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), penyakit ini umum terjadi pada burung air liar di seluruh dunia dan dapat menginfeksi unggas domestik serta spesies burung dan hewan lainnya.

Mereka biasanya tidak menginfeksi manusia, tetapi CDC mengatakan infeksi silang ini memang dapat terjadi. Namun H10N3 mendapat sedikit perhatian lebih dari flu burung biasa karena menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit.

Burung yang terinfeksi mengeluarkan flu burung dalam air liur, lendir, dan kotoran mereka, dan dapat menginfeksi manusia lewat ke mata, hidung, atau mulut, atau terhirup dari tetesan atau debu yang terinfeksi.

Gejala H10N3
Perincian tentang gejala H10N3 masih langka karena kasusnya masih sedikit saat ini. Namun, ahli penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Amesh A. Adalja, mengatakan gejala flu burung biasanya sama dengan flu biasa.

Untuk sementara, CDC mencantumkan beberapa gejala H10N3, yakni mata memerah, demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, mual, sakit perut, diare, muntah, sesak nafas/sulit bernafas, radang paru-paru, status mental yang berubah, dan kejang-kejang.

Cara Menyembuhkan Diri dari H10N3
Sementara flu burung biasanya diperlakukan dengan cara yang sama seperti flu "biasa". Ini berarti menggunakan obat antivirus seperti oseltamivir (tamiflu), peramivir, atau zanamivir.

Jika ada jenis flu burung yang mulai menyebar di antara orang-orang, dapat dikatakan para ilmuwan akan membuat vaksin. Vaksin itu memodifikasi vaksin flu terkait.

Selain itu, terlepas dari perbandingan dengan Covid-19, para ahli mengatakan tidak perlu khawatir tentang H10N3 pada saat ini.

"Ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan oleh kebanyakan orang di luar fakta bahwa ada ancaman penyakit menular yang terus-menerus untuk diwaspadai dan menuntut solusi," kata Dr. Adalja, sebagaimana dikutip dari Prevention.com.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Belum Selesai, Kasus Flu Burung H5N8 Ditemukan di Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular