Podcast Cuap Cuap Cuan

BI Buka-bukaan Soal QRIS hingga Uang Digital Rupiah

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
30 March 2021 17:22
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) sudah mengumumkan rencana penerbitan uang digital sendiri atau central bank digital currency (CBDC) di masa depan. Seperti apa penjelasannya?

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan hingga sekarang belum ada waktu mendirikan mata uang digital itu. Sampai sekarang pihaknya akan melakukan riset terlebih dulu.

"Belum sampai kapan mendiri CBDC (Central Bank Digital Currency), kami masih akan melihat di negara lain yang urgensinya lebih besar Seperti Swedia dan China," kata Erwin dalam Podcast CNBC Indonesia - Cuap Cuap Cuan, dikutip Selasa (30/3/2021).

Dua negara itu dicontohkan Erwin soal pengimplementasian mata uang digital. Misalnya Swedia, walau sudah menyadari soal keberadaan CBDC namun hingga sekarang belum merilis mata uang digitalnya sendiri.

Menurutnya, desain mata uang digital harus ditentukan dengan benar jangan sampai akan menciptakan disrupsi nantinya. Misalnya membuat perbankan konvensional menjadi terpuruk bila mata uang digital membuat masyarakat enggan menyimpan lagi uangnya di sana.

"Bank collapse sebagai agen pembangunan, sebagai media ketiga melakukan pembayaran mungkin collapse. Sehingga desain terlalu luar biasa, jangan-jangan niat baik itu menciptakan another problem," jelasnya.

Sementara itu China diketahui sudah memperkenalkan Yuan Digital serta meluncurkan uji coba pada masyarakat. Erwin menuturkan ini dimulai saat raksasa teknologi seperti Alibaba dan WeChat Pay membuat perkembangan transformasi digital begitu cepat.

Perkembangan ini jelas mengagetkan otoritas setempat. Muncul pertanyaan apakah platform pembayaran seperti Alipay menjadi bank sentral lainnya.

Lalu China mulai berbenah, salah satunya saat bank sentral setempat mengeluarkan CBDC sendiri. "Kalau kita lihat konteksnya Swedia di mana masyarakat sudah pingin. Di China percepatan begitu cepat dan besar sehingga terus isu controllability konteks mereka harus mengeluarkan CBDC," kata Erwin.

Menurut Erwin, di Indonesia urgensi tidak sebesar seperti Swedia maupun China. Namun hal itu tidak membuat Bank Indonesia hanya berdiam diri saja.

Sejak beberapa tahun lalu, diakui Erwin, BI sudah memiliki riset mengenai CDBC. Misalnya mengenai teknologi hingga blockchain seperti apa yang bisa digunakan.

Selain itu dia kembali mengingatkan soal desain distribusi, apakah melalui Bank Indonesia atau lewat bank-bank lain. "Sehingga bank tidak kehilangan perannya. Hal-hal semacam itu disiapkan," ungkapnya.

Saksikan wawancara lengkapnya di bawah ini atau kunjungi podcast Cuap Cuap Cuan di Spotify


(roy/roy) Next Article Selama PPKM Darurat, Transaksi Via QR Code Capai Rp 727 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular