
Demi Capai Herd Immunity, RI Butuh Lebih Dari 1 Jenis Vaksin

Jakarta, CNBC Indonesia- Untuk mencapai kekebalan kelompok dan menurunkan laju penularan, hal ini Indonesia memerlukan lebih dari satu produsen vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah yang besar. Saat ini Indonesia telah mengamankan sekitar 426 juta dosis vaksin yang berasal dari Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Novavax, dan juga dari fasilitas Covax.
"Dengan 426 juta dosis yang dibutuhkan untuk bisa mencapai kekebalan kelompok, karena vaksin ini mmberikan kekebalan langsung. Kalau kita ramai-ramai mendapatkan vaksin, yang muncul adalah benteng pertahanan sehingga virus tadi tidak menembus," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi, Senin (22/03/2021).
Dia menegaskan hingga 2021 masih banyak yang belum bisa mendapatkan vaksin, karena produksi yang ada hanya vaksin separuh dari kebutuhan secara global.
"Indonesia cukup beruntung dengan kebutuhan besar tidak mungkin disediakan 1 perusahaan vaksin sehingga harus menggunakan dan memakai beberapa jenis merek vaksin," tambah Nadia.
Dalam pemilihan vaksin, pemerintah tetap memastikan dan menjamin vaksin yang memenuhi syarat-syarat dari WHO. Dengan begitu efektivitasnya mutunya pun memenuhi syarat untuk bisa mengendalikan virus Covid-19.
Saat ini vaksin produksi dalam negeri yakni vaksin merah putih juga tengah dinanti sehingga tidak ada ketergantungan dari impor. Vaksin merah putih ditargetkan bisa digunakan pada 2022.
"Kami cukup optimis karena Bio Farma adalah BUMN yang punya perjalanan panjang menyediakan vaksin," ujarnya.
Selain itu untuk bisa memenuhi kebutuhan pembelian vaksin, riset, serta produksi vaksin Covid-19 dibutuhkan anggaran yang besar. Dengan begitu dibutuhkan kontribusi masyarakat dari sisi pajak untuk mendukung penerimaan negara, sehingga Indonesia bisa segera keluar dari pandemi.
"Kami yakin dukungan wajib pajak merupakan salah satu yang diharapkan, seluruh proses yang dilakukan bukan hanya vaksinasi, tetapi juga 3M dan 3T yang menjadi satu kesatuan," kata Nadia.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan total anggaran untuk vaksinasi Rp 58,18 triliun. Angka ini bukan hanya untuk pembelian vaksin tapi juga distribusi dan pelaksanaannya.
"Kita butuh 360an juta vaksin, dengan asumsi kalau 10% rusak, kita sudah secure 426 juta dosis vaksin. Dengan posisi tadi kita sudah secure itu 181,5 juta penduduk. Ini yang dilakukan 2021, meski 2022 kita perlu ada vaksinasi lagi, tapi secure dana Rp 58 triliun yang dana tadi dibiayai oleh pajak. Karena kalau pendapatan kita kan dr pajak dan bukan pajak," kata Kunta.
Dari sisi pajak, menurutnya masih sesuai rencana dan terus mengalami kenaikan. Kunta mengharapkan dengan adanya laporan SPT pada Maret-April dengan adanya diharapkan bisa lebih meningkatkan.
(dob/dob)
Next Article Covid-19 Belum Kelar, Ilmuwan Warning Virus Baru dari Rusia!