
Denmark & Austria Tunda Pakai Vaksin AstraZeneca, Kenapa Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Denmark pada Kamis (11/3/2021) telah menangguhkan suntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca selama dua minggu setelah laporan kasus pembentukan gumpalan darah, termasuk satu kematian di Denmark.
"Kami dan Badan Obat-obatan Denmark harus menanggapi laporan kemungkinan efek samping yang serius, baik dari Denmark dan negara-negara Eropa lainnya," kata direktur Otoritas Kesehatan Denmark, Soren Brostrom, dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters.
"Saat ini tidak mungkin untuk menyimpulkan apakah ada kaitannya. Kami bertindak lebih awal, itu perlu diselidiki secara menyeluruh, "kata Menteri Kesehatan Magnus Heunicke di Twitter.
Badan Obat Denmark mengatakan telah meluncurkan penyelidikan vaksin bersama dengan badan terkait di negara-negara Uni Eropa lainnya serta EMA.
"Penting untuk ditekankan bahwa kami belum memilih untuk tidak menggunakan vaksin AstraZeneca, tetapi kami akan menahannya," kata Brostrom.
Sejauh ini, 136.090 orang Denmark telah menerima suntikan vaksin AstraZeneca di negara berpenduduk 5,8 juta itu. Negara Nordik juga menggunakan vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna
Sebelumnya penghentian vaksin AstraZeneca juga dilakukan di Austria. AstraZeneca sendiri mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa keamanan vaksinnya telah dipelajari secara ekstensif dalam uji coba pada manusia dan data yang ditinjau oleh rekan sejawat telah mengkonfirmasi bahwa vaksin tersebut secara umum dapat ditoleransi dengan baik.
Produsen obat itu mengatakan awal pekan ini suntikannya tunduk pada kontrol kualitas yang ketat dan ketat dan bahwa tidak ada "kejadian buruk serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin". Ia juga mengatakan telah melakukan kontak dengan otoritas Austria dan akan mendukung penuh penyelidikan mereka.
Akibat hal ini, Estonia, Lithuania, Luksemburg dan Latvia, juga menghentikan inokulasi dari vaksin buatan perusahaan Inggris itu.
Vaksin AstraZeneca sendiri juga diperoleh Indonesia. Indonesia sendiri telah menerima 1,1 juta dosis vaksin itu melalui skema COVAX dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Gejala Covid Varian Baru yang Bisa Bobol Antibodi Vaksin