
Mengejutkan! Menristek Baru Tahu Vaksin Terawan Pekan Lalu

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro buka-bukaan perihal pengembangan Vaksin Nusantara. Sebagaimana diketahui, vaksin Covid-19 itu diinisiasi eks Menteri Kesehatan Letnan Jenderal TNI (Purn) Terawan Agus Putranto.
Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (10/3/2021), Bambang bercerita, saat kasus pertama Covid-19 muncul Maret 2020, Kemenristek/BRIN menyiapkan konsep konsorsium yang melibatkan beberapa lembaga untuk mulai mengembangkan vaksin.
Setelah itu, lahir time table pengembangan vaksin dengan metode protein rekombinan. Pengembangan vaksin dengan metode itu membutuhkan waktu satu tahun hingga diperoleh bibit vaksin.
Beberapa bulan kemudian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas terkait vaksin Covid-19. Dalam rapat itu, Bambang menyampaikan kalau vaksin Covid-19 racikan Pfizer-BiONtech sudah memasuki uji klinis.
"Kami sampaikan perlu memikirkan pengembangan vaksin. Follow up ratas menugaskan saya, pak Menkes Terawan dan pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) membentuk tim vaksin. Saya menjadi ketua, pak menkes dan pak menteri BUMN menjadi wakil ketua," ujar Bambang.
Beberapa waktu berselang, tim memaparkan strategi pengembangan vaksin nasional yang sudah diberi nama merah putih. Pada mulanya, vaksin itu dikembangkan LBM Eijkman. Setelah itu, LIPI dan sejumlah universitas masuk ke dalam konsorsium tersebut disertai kapabilitas beserta alat yang memadai.
"Kalau butuh anggaran kasih tahu kami. Masing-masing lembaga mengajukan apa yang di butuhkan," kata Bambang.
Eks Menteri Keuangan ini menceritakan kalau Vaksin Merah Putih berbekal virus yang bertransmisi di Indonesia. Seiring waktu, proses uji klinis pun berjalan dengan sponsor adalah PT Bio Farma.
Lalu, bagaimana dengan Vaksin Nusantara?
"Sejak keppres dibentuk, Kemenkes tahu tim itu (pengembangan Vaksin Nusantara) exist. Di dalam perjalanan saya hanya mendengar-dengar saja Litbangkes Kemenes sedang bikin valsin. Saya beri tahu Pak Ali Ghufron untuk cek ke Litbangkes. Kalau Litbangkes memang mengembangkan vaksin, kita ajak ke konsorsiun," ujar Bambang.
"Informasi belum kami dapatkan sehingga masih gelap mendengar-dengar Litbangkes bikin vaksin. Vaksin Nusantara baru saya denger lengkap minggu lalu karena diundang rakor minggu lalu. Saya mendengar itu menggunakan metode sel dendritik. Itu belum dimasukkan karena tahunya minggu lalu sejak Agustus Keppres 18 diterbitkan dan menkes ada di situ," lanjutnya.
Bambang memaparkan, pandemi Covid-19 telah mendorong pemerintah membangun kemandirian vaksin. Tujuannya demi menghadapi endemi dan pandemi yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Terkait Vaksin Nusantara, Bambang mengungkapkan kalau anggaran pengembangan vaksin sampai bibit ada di Kemenristek. Sementara uji klinis berada di tangan Kemenkes. "Betul sekali uji klinis oleh Kemenkes, membuat vaksin. Kita bikin vaksin dibeli Kemenkes. Kami tidak berani invest kalau tidak ada jaminan akan dipakai oleh Kemenkes yang men-support uji klinis," kata Bambang.
"...Kita berusaha jemput bola istilahnya bola yang dijemput nggak keliatan. Kami tidak berani masukkan ke konsorsium apalagi untuk pemanfaatan anggaran," lanjutnya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vaksin Nusantara Terawan tidak Cocok untuk Vaksinasi Massal?
