Ada Varian Baru Virus Corona, Vaksinnya Masih Ampuh Gak Nih?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 December 2020 18:00
Ilustrasi Virus Covid-19 (Photo created by wirestock via Freepik)
Foto: Ilustrasi Virus Covid-19 (Photo created by wirestock via Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus infeksi Covid-19 secara kumulatif di dunia hampir tembus 80 juta orang. Lebih dari 1,7 juta meninggal dunia. Sebanyak 44,7 juta orang dinyatakan sembuh dan sisanya hampir 32,9 juta orang dinyatakan masih positif terinfeksi patogen ganas tersebut.

Beberapa negara seperti Bahrain, Meksiko, Arab Saudi, Kanada, Amerika Serikat (AS) hingga Inggris sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat kandidat vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan mitranya BioNTech. 

Kandidat vaksin yang dikembangkan oleh dua perusahaan farmasi tersebut diklaim memiliki tingkat keampuhan (efficacy) mencapai 95% berdasarkan hasil analisa awal uji klinis tahap tiga yang sampai sekarang masih berlangsung. 

Efficacy BNT162b2 yang dikembangkan Pfizer-BioNTech tersebut sama dengan tingkat keampuhan mRNA-1273 yang dikembangkan oleh Moderna. Sampai saat ini sudah ada lima kandidat vaksin Covid-19 yang sudah melaporkan analisa data awal hasil uji klinis tahap terakhirnya. 

Paling baru adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi China Sinovac. Vaksin yang dinamai CoronVac tersebut diklaim ampuh hingga 91,25%. Klaim tersebut didasarkan pada hasil uji klinis yang dilakukan di Turki.

Tingkat keampuhan vaksin di atas 70% sudah terbilang bagus dan diharapkan bisa menekan potensi semakin meluasnya wabah. Namun efficacy ini masih didasarkan pada hasil uji klinis. Secara riil sangat mungkin efektivitasnya akan lebih rendah dibanding dengan hasil uji klinisnya. 

Sinovac melakukan uji klinis tahap akhirnya di tiga negara yaitu Brazil, Turki dan Indonesia. Di Brazil dan Turki jumlah relawan ujinya mencapai lebih dari 13 ribu orang, sementara di Indonesia hanya 1.600 orang saja.

Kendati ada kabar positif terkait hasil uji coba vaksin Covid-19, publik global masih dicemaskan dengan perkembangan terbaru wabah Covid-19. Tren pertambahan kasus Covid-19 harian di Inggris terus meningkat. Kenaikan kasus ini dikaitkan dengan penemuan varian baru virus Corona yang diberi nama B.1.1.7 oleh ilmuwan Inggris.

Pada 8 Desember lalu, kasus baru di Inggris bertambah di kisaran 15 ribu kasus dalam sehari. Terakhir (20/12/2020), dalam sehari Inggris mencatat ada 24 ribu kasus baru. Artinya dalam kurun waktu kurang dari dua pekan kasus baru melonjak hampir 50%. 

Kenaikan yang signifikan tersebut membuat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menetapkan lockdown yang lebih ketat. Usut punya usut kenaikan kasus harian tersebut berbarengan dengan ditemukannya varian virus baru oleh 60 otoritas kesehatan lokal di Inggris.

Saat ini ada satu publikasi yang sudah dimuat jurnal ilmiah dan beredar di media daring. Studi yang dilakukan oleh 10 ilmuwan dari konsorsium genomik Covid-19 Inggris (COG-UK) itu menemukan bahwa varian ini muncul akibat adanya mutasi.

Studi yang berjudul "Preliminary genomic characterisation of an emergent SARS-CoV-2 lineage in the UK defined by novel set of spike mutation" tersebut mengatakan bahwa varian ini muncul akibat adanya perubahan genetik (mutasi) pada protein Spike yang berfungsi untuk menginfeksi inang.

Ada tiga perubahan genetik yang berhasil ditemukan dari karakterisasi tersebut. Mutasi pertama terjadi di sekuens asam amino yang punya peranan untuk berikatan dengan reseptor di manusia dan mencit.

Mutasi tersebut diidentifikasi sebagai mutasi yang mampu meningkatkan afinitas (kemampuan berikatan) dengan reseptor di inangnya. Dalam kasus ini adalah manusia dan mencit.

Perubahan genetik kedua adalah adanya delesi (hilangnya) asam amino pada urutan ke 69 dan 70 pada protein Spike. Mutasi jenis ini disebut mampu membuat virus dapat terhindar dari sistem pertahanan tubuh inang di beberapa kasus.

Kemudian mutasi yang terakhir adalah perubahan asam amino pada daerah di dekat gugus fungsi penting protein SARS-CoV-2. Kabar yang santer terdengar menyebut varian atau mutan B.1.1.7 tersebut menular lebih cepat.

Faktanya jika mengacu pada penelitian yang dilakukan COG-UK tersebut dampak mutasi dari strain baru ini belum diketahui. Namun pertumbuhan yang tinggi dan transmisi yang cepat ini semakin mendesak ilmuwan di berbagai negara untuk meningkatkan pemantauan genomik dan melakukan aktivitas karakterisasi.

Virus apalagi untuk jenis yang memiliki materi genetik berupa RNA memang terkenal dengan laju mutasi yang tinggi. Melihat karakteristiknya tersebut, Prof Alan McNally, seorang ahli di Universitas Birmingham mengatakan untuk tidak histeris. 

Prof Jonathan Ball, mengatakan informasi genetik pada banyak virus dapat berubah dengan sangat cepat dan terkadang perubahan ini dapat menguntungkan virus dengan memungkinkannya untuk menularkan secara lebih efisien atau melarikan diri dari vaksin atau perawatan.

Namun Profesor Virologi Molekuler di Universitas Nottingham tersebut melanjutkan bahwa banyak perubahan yang tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini disampaikannya dalam wawancara dengan BBC News.

Menurutnya, adanya mutasi yang menyebabkan strain baru tersebut tidak berarti penyakit akan lebih menular atau lebih berbahaya. Kuncinya tetap pada pemantauan dan penelitian agar bisa mendapatkan gambaran lengkap dan komprehensif terkait strain baru ini.

Tidak hanya ditemukan di Inggris, varian baru tersebut juga dijumpai di negara lain seperti Denmark, Belanda, Italia hingga Australia. Menurut para ahli, adanya varian baru Covid-19 ini tidak serta merta membuat vaksin Covid-19 yang sekarang ini ada menjadi tidak efektif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perbedaan Gejala Omicron di Orang yang Sudah Vaksin & Belum

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular