Duh! Keamanan WhatsApp Cs Terancam Dilucuti Uni Eropa

Roy Franedya, CNBC Indonesia
23 November 2020 14:22
INFOGRAFIS, Dua Fitur Paling Dinantikan dari Whatsapp
Foto: Infografis/Update Fitur Terbaru Whatsapp/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa tampaknya ingin melucuti fitur keamanan end-to-end encryption yang digunakan aplikasi seperti WhatsApp, Facebook Messenger hingga Signal. Ini untuk mengumpulkan data pelaku kejahatan. Tetapi aksi ini bisa bikin perangkat mudah dibajak hacker.

Hal ini terlihat dari pernyataan bersama menteri dalam negeri Uni Eropa (UE) pada awal bulan ini, yang meminta kepala negara "mempertimbangkan masalah enkripsi data sehingga bukti digital dapat dikumpulkan dan digunakan secara sah oleh otoritas yang berwenang."

Pernyataan bersama menteri dalam negeri ini muncul setelah beberapa dokumen internal UE tentang enkripsi bocor. Satu, awalnya diterbitkan oleh media Politico, yang menyebut pelucutan end-to-end encryption sebagai cara memerangi pelecehan anak.

End-to-end encryption adalah fitur keamanan yang membuat sebuah pesan hanya bisa dibaca si pengirim dan penerima. Bahkan perusahaan aplikasi tidak bisa membaca pesan yang sudah mengaktifkan fitur end-to-end encryption.

w

End-to-end encryption telah menjadi keluhan dari beberapa otoritas keamanan dan penegakan hukum sejumlah negara karena kesulitan untuk melacak komunikasi pelaku kejahatan.

Anggota parlemen UE telah lama mencoba mencari keseimbangan antara privasi dan kemampuan lembaga kepolisian untuk melakukan pekerjaan mereka, kata juru bicara UE seperti dikutip dari CNBC International, Senin (23/11/2020).

Bahkan beberapa negara anggota UE, dalam banyak kesempatan, "menyerukan solusi yang memungkinkan penegak hukum dan otoritas kompeten lainnya untuk mendapatkan akses yang sah ke bukti digital, tanpa melarang atau melemahkan enkripsi."

Koordinator Kontra-Terorisme UE Gilles de Kerchove telah berusaha melakukan ini dengan menghindari pendekatan "pintu belakang" tetapi pendekatan "pintu depan", di mana pihak ketiga bekerja dengan persetujuan dari penyedia enkripsi untuk mengambil data percakapan pelaku kejahatan.

Namun, Ray Walsh, peneliti ProPrivacy, mengatakan pendekatan ini tidak mungkin. "Tidak peduli apakah Anda memilih untuk menyebut jalur akses sekunder yang dikembangkan dengan sengaja sebagai 'pintu depan' atau 'pintu belakang', hasilnya adalah penghapusan kepemilikan data dan kontrol akses yang pasti menghasilkan kerentanan mendasar," katanya.


(roy/sef) Next Article Mengenal Enkripsi, Fitur Keamanan yang Digunakan WhatsApp Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular