Langgar Rules Google, TikTok 'Sadap' Pengguna Android?

Thea F, CNBC Indonesia
12 August 2020 16:15
FILE - This Feb. 25, 2020, photo shows the icon for TikTok taken in New York. India is banning 59 apps with Chinese links, saying their activities endanger the country’s sovereignty, defense and security. India’s decision comes as its troops are in a tense standoff with Chinese soldiers in eastern Ladakh in the Himalayas that started last month. India lost 20 soldiers in a June 15 clash. The government says the banned apps include TikTok, UC Browser, WeChat and Bigo Live, as well as the e-commerce platforms Club Factory and Shein, that are used in mobile and non-mobile devices connected to the Internet.(AP Photo, File)
Foto: Logo Tiktok AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Aplikasi pembuatan video pendek buatan China, TikTok, kedapatan melanggar kebijakan privasinya sendiri dan aturan Google, dengan diam-diam melacak pengguna Android.

Sebuah laporan baru di Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu (12/8/2020) secara mengejutkan mengklaim bahwa aplikasi buatan perusahaan ByteDance ini menautkan penginstalan baru aplikasinya ke alamat perangkat MAC yang tidak dapat diubah.

Singkatnya, TikTok mengelak dari kebijakan Google yang mengizinkan pengguna menyetel ulang ID yang digunakan untuk pelacakan iklan. Lebih buruk lagi bagi TikTok, datanya terbungkus lapisan enkripsi yang tidak biasa.

Masalah serius yang muncul dengan temuan ini adalah TikTok mengelak salah satu perlindungan yang diklaim industri iklan dapat mencegah perangkat agar tidak ditautkan ke pengguna tertentu.

Selain itu, akses papan klip rahasia TikTok juga sempat tertangkap oleh Apple iOS 14 beta. Ini memperlihatkan kepada pengguna jika aplikasi TikTok tidak menerapkan tingkat ketelitian yang seharusnya dilakukan oleh sebuah aplikasi.

Saat ini, TikTok memang tampak tidak mengumpulkan lebih banyak data daripada aplikasi media sosial saingan lainnya. Namun jika pelacakan ini terungkap, kemungkinan besar akan mendorong Google untuk menuntut perubahan.

TikTok dikatakan berusaha menyembunyikan praktik tersebut sebab itu melanggar kebijakannya sendiri dan kebijakan Google.

Meskipun praktik pengumpulan data TikTok bukanlah hal yang aneh, namun risiko yang jauh lebih besar adalah seputar disinformasi dan tren pemetaan dalam perilaku pengguna serta sentimen menurut demografis. Jika TikTok benar melakukan praktek ini, ada resiko perangkat pengguna yang dapat dilacak.

Meskipun dalam laporan WSJ mengatakan bahwa TikTok sudah menghentikan praktik ini pada November 2019, masalah ini akan menjadi pukulan telak bagi perusahaan ByteDance di China.

Sebelum masalah ini mencuat, TikTok sudah mendapat masalah, salah satunya dilarang Presiden Donald Trump untuk beredar di Amerika Serikat. AS menuduh TikTok melacak lokasi, menyimpan pengenalan wajah, penyadapan email, data telepon pengguna, dan lainnya.

Selain soal melacak pengguna, namun dalam laporan WSJ soal TikTok ini masih jauh dari tuduhan AS mengenai penyimpanan pengenalan wajah, dan penyadapan email maupun data telepon pengguna.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buka Kantor Baru, TikTok Bajak Punggawa Facebook & Google!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular