OMG! Data Kasus Covid-19 AS Menghilang, What Happen?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 July 2020 11:27
A staff member blocks the view as a person is taken by a stretcher to a waiting ambulance from a nursing facility where more than 50 people are sick and being tested for the COVID-19 virus, Saturday, Feb. 29, 2020, in Kirkland, Wash. Health officials reported two cases of COVID-19 virus connected to the Life Care Center of Kirkland. One is a Life Care worker, a woman in her 40s who is in satisfactory condition at a hospital, and the other is a woman in her 70s and a resident at Life Care who is hospitalized in serious condition. Neither have traveled out of the country. (AP Photo/Elaine Thompson)
Foto: Pasien Corona di AS (AP/Elaine Thompson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak dimulainya pandemi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) secara teratur menerbitkan data tentang ketersediaan tempat tidur rumah sakit dan unit perawatan intensif di seluruh negeri.

Namun data-data tersebut menghilang pada Selasa (14/7/2020). Wakil Kepala Pejabat Teknologi Gedung Putih Ryan Panchadsaram, yang membantu menjalankan situs pelacakan data COVID Exit Strategy membenarkan hal tersebut.

"Kami terkejut karena modul yang biasa kami kunjungi kosong. Data tidak tersedia dan tidak ada di sana. Tidak ada peringatan," katanya, sebagaimana dikutip dari CNBC International pada Jumat (17/7/2020).

Diketahui jika data publik CDC hilang dari situs web setelah pemerintahan Presiden Donald Trump dengan diam-diam mengalihkan kendali informasi ke Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (Department of Health and Human Services/HHS).

Dalam konferensi pada Rabu (15/7/2020), Direktur CDC Robert Redfield mengatakan kepada wartawan bahwa semua negara bagian diberitahu untuk berhenti mengirim informasi rumah sakit ke situs National Healthcare Safety Network, sistem CDC untuk mengumpulkan data.

Sebaliknya, kata Redfield, semua data sekarang akan dilaporkan melalui portal pelaporan HHS, menambahkan bahwa keputusan dibuat untuk merampingkan pelaporan data dan untuk memberikan data real-time.

Spesialis kesehatan masyarakat dan mantan pejabat kesehatan memang mengakui bahwa infrastruktur pelaporan data CDC terbatas, dan perlu dirombak untuk memenuhi tuntutan pandemi Covid-19. Namun, dalam wawancara dengan CNBC, mereka menyatakan keprihatinan bahwa perubahan itu dapat membuat data yang muncul kurang transparan.

Juru bicara HHS, Michael Caputo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa CDC diarahkan untuk membuat data tersedia lagi. Di masa depan, katanya, HHS akan memberikan "wawasan yang lebih kuat."

"Ya, HHS berkomitmen untuk transparan dengan publik Amerika tentang informasi virus corona yang dikumpulkannya,," katanya. "Oleh karena itu, HHS telah mengarahkan CDC untuk membangun kembali dashboard coronavirus yang ditariknya dari publik pada hari Rabu."

Kemudian CDC memulihkan dasbor situs sebelumnya dengan data hingga Selasa, dengan mengatakan: "File ini tidak akan diperbarui setelah 14 Juli 2020, dan termasuk data dari 1 April hingga 14 Juli."

Halaman web CDC untuk data rumah sakit yang tersedia dan tempat tidur ICU telah menambahkan catatan yang berbunyi: "Data yang ditampilkan di halaman ini diserahkan langsung ke Jaringan Keselamatan Kesehatan Nasional (NHSN) CDC dan tidak termasuk data yang diserahkan ke entitas lain yang dikontrak oleh atau di dalam pemerintah federal."

"Kami tidak lagi memiliki indikator kritis ini," kata Panchadsaram. "Kalau hanya mengalihkan aliran data ke arah HHS, tidak apa-apa. Tetapi Anda harus menyimpan data terkini yang masih tersedia untuk publik."

Panchadsaram mengatakan ia dan timnya, yang meliputi para peneliti dari Duke-Margolis Center for Health Policy, dan Resolve to Save Lives, yakni sebuah inisiatif kesehatan masyarakat yang dipimpin oleh mantan direktur CDC, Tom Frieden, telah melacak data sejak April lalu.

Panchadsaram menganggap proyek ini sebagai "bilah kemajuan" saat mereka dapat mengetahui data keseluruhan berbagai negara bagian dalam memerangi Covid-19. Tempat tidur rumah sakit yang tersedia dan kapasitas ICU adalah indikator utama yang mereka gunakan untuk menilai kinerja negara, tambahnya.

"Ini mengecewakan. Itu terjadi jauh lebih cepat dari yang diharapkan. Gambar yang kami sajikan kepada dunia tidak lengkap," katanya.

Peneliti coronavirus dan spesialis kesehatan masyarakat lainnya menyatakan keprihatinan karena perubahan kebijakan diumumkan begitu tiba-tiba di tengah krisis Covid-19 yang semakin memburuk.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump dan pemerintahannya mendapat kecaman dari para kritikus. Mereka mengatakan Gedung Putih merusak kerja profesional tenaga kesehatan masyarakat di negara itu.

Pekan lalu, Trump mengkritik pedoman CDC tentang membuka kembali sekolah sebagai terlalu sulit dan mahal, dan Wakil Presiden Mike Pence mengatakan badan tersebut akan mengeluarkan rekomendasi tambahan.

AS kini menjadi pusat episentrum penularan Covid-19 terbesar di dunia, dengan 3.695.025 kasus positif, 141.118 kasus kematian, dan 1.679.633 pasien berhasil sembuh menurut data Worldometers.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada, Gravitasi Data Ancam Industri Keuangan & Asuransi RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular