Internasional

Pemuda Bunuh Diri karena Main Saham, Aplikasi Ini Dikecam!

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 July 2020 17:22
alexander kearns.Ist
Foto: alexander kearns.Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia baru-baru ini dihebohkan kabar bunuh diri seorang remaja berusia 20 tahun di Illinois, Amerika Serikat (AS). Sebab, alasan bunuh dirinya cukup menarik perhatian, yaitu akibat "kegagalannya" dalam bermain saham.

Trader bernama Alex Kearns tersebut menuliskan dalam catatannya bahwa ia telah melakukan investasi saham dengan menggunakan aplikasi Robinhood. Namun, terakhir kali ia melihat aplikasi investasi itu, saldonya negatif sebesar US$ 730.165 atau minus sebesar Rp 10,22 miliar (kurs Rp 14.000).

Kematian Alex membuat aplikasi tersebut banjir kecaman. Tragedi ini menarik perhatian luas pada potensi risiko dari booming free trading seperti yang disediakan oleh Robinhood.

Lalu, apa sebenarnya Robinhood dan mengapa saldo investasi seseorang bisa mencapai nominal minus?

Robinhood merupakan aplikasi perdagangan gratis yang populer bagi investor pemula untuk masuk ke pasar saham. Pengguna aplikasi ini telah tumbuh dari 1 juta pengguna pada 2016, menjadi 10 juta pada awal tahun ini.

Alasan dari cepatnya pertumbuhan pengguna itu tidak lain karena aplikasi perdagangan ini membuat pembelian dan penjualan saham menjadi sederhana dan untuk bergabung tidak memerlukan biaya alias gratis.

Menurut Richard Dobatse, seorang tenaga medis Angkatan Laut di San Diego, yang mulai menggunakan Robinhood pada tahun 2017, aplikasi ini memberinya akses mudah ke produk investasi yang kompleks. Kehadiran fitur emoji di aplikasi ini sendiri memberikan kesan seolah ini adalah permainan, kata Dobatse yang kini berusia 32 tahun, sebagaimana dilaporkan The Morning Call.

Menurut laporan media itu, Dobatse pertama kali terjun ke Robinhood dengan uang muka dari kartu kredit sebesar US$ 15.000, dan mulai menghabiskan lebih banyak waktu di aplikasi.

Ketika dia berulang kali kehilangan uang, Dobatse mengambil dua pinjaman ekuitas rumah US$ 30.000 sehingga dia bisa membeli dan menjual lebih banyak saham dan opsi spekulatif, berharap dapat melunasi utangnya. Nilai akunnya mencapai di atas US$ 1 juta tahun ini, tetapi kini ia telah kehilangan banyak. Minggu ini, saldonya hanya tersisa US$ 6.956.

Selain Dobatse, ada jutaan pemuda Amerika lain yang telah mulai berinvestasi dalam beberapa tahun terakhir melalui Robinhood, yang didirikan pada 2013 itu. Kemudahan perdagangan telah mengubah aplikasi itu menjadi fenomena budaya dan kesayangan Silicon Valley, di mana valuasi startup ini telah naik menjadi US$ 8,3 miliar.

Sayangnya, menurut analisis perusahaan riset Alphacution kepada The New York Times, aset yang diperdagangkan Robinhood juga termasuk produk paling berisiko dan dengan kecepatan tercepat, yang mana bisa membawa risiko kerugian besar bagi traders yang tidak berpengalaman.

Padahal, para pengguna Robinhood kebanyakan masih muda dan tidak memiliki pengetahuan investasi. Usia rata-rata pengguna adalah 31 tahun, kata perusahaan, dan setengah dari pelanggannya belum pernah berinvestasi sebelumnya.

Menurut laporan, dalam tiga bulan pertama tahun 2020, pengguna Robinhood memperdagangkan sembilan kali lebih banyak saham daripada pelanggan E-Trade dan 40 kali lebih banyak dibandingkan dengan pelanggan Charles Schwab, per dolar dalam rata-rata akun pelanggan pada kuartal terakhir. Mereka juga membeli dan menjual 88 kali lebih banyak kontrak opsi berisiko daripada pelanggan Schwab, menurut analisis.

"Semakin sering investor kecil memperdagangkan saham, semakin buruk tingkat pengembaliannya," demikian menurut penelitian. "Pengembaliannya bahkan lebih buruk ketika mereka terlibat dengan aset opsi."

Inti dari bisnis Robinhood adalah insentif untuk mendorong lebih banyak perdagangan. Perusahaan tidak membebankan biaya untuk perdagangan, tetapi masih dibayar lebih jika pelanggannya melakukan lebih banyak transaksi.

Setiap kali pelanggan Robinhood berdagang, perusahaan Wall Street sebenarnya membeli atau menjual saham dan menentukan berapa harga yang didapat pelanggan. Perusahaan-perusahaan ini membayar Robinhood untuk hak melakukan ini karena mereka kemudian terlibat dalam bentuk arbitrase dengan mencoba membeli atau menjual saham untuk mendapatkan keuntungan atas apa yang mereka berikan kepada pelanggan Robinhood.

Praktik ini bukan hal baru, dan broker ritel seperti E-Trade dan Schwab juga melakukannya. Tetapi Robinhood mendapat jauh lebih banyak dibandingkan dua perusahaan itu untuk setiap bagian saham dan kontrak opsi yang dikirim ke perusahaan perdagangan profesional, menurut pengajuan.

"Untuk setiap saham yang diperdagangkan, Robinhood menghasilkan empat hingga 15 kali lebih banyak dari Schwab pada kuartal terakhir," menurut laporan. Secara total, Robinhood mendapat US$ 18.955 dari perusahaan perdagangan untuk setiap dolar dalam akun pelanggan rata-rata, sementara Schwab menghasilkan US$ 195, menurut analisis Alphacution.

Robinhood didirikan oleh Vlad Tenev dan Baiju Bhatt, dua anak imigran yang bertemu di Universitas Stanford pada tahun 2005. Setelah bekerja sama dalam beberapa usaha, termasuk perusahaan perdagangan berkecepatan tinggi, mereka terinspirasi oleh gerakan Occupy Wall Street untuk menciptakan sebuah perusahaan yang akan membuat keuangan lebih mudah diakses, kata mereka.

Robinhood menghapuskan biaya perdagangan sementara sebagian besar perusahaan pialang mengenakan biaya US$ 10 atau lebih untuk perdagangan. Aplikasi mereka juga menambahkan fitur untuk membuat investasi lebih seperti permainan. Anggota baru diberi saham gratis setelah memenuhi syarat tertentu.

Awalnya Robinhood hanya menawarkan perdagangan saham. Seiring waktu, perusahaan menambahkan opsi dan pinjaman margin, yang memungkinkan investor untuk meningkatkan keuntungan investasi dan menekan kerugian.

Aplikasi ini mengiklankan opsi dengan tagline "cepat, mudah & gratis". Pelanggan yang ingin berdagang opsi hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan pilihan ganda untuk mendapat izin. Padahal para pemula secara hukum dilarang mengikuti perdagangan opsi, tetapi mereka yang menggunakan aplikasi ini bisa mendapat kemudahan akses.

Pada bulan Mei, Robinhood mengatakan memiliki 13 juta akun, naik dari 10 juta pada akhir 2019. Schwab mengatakan memiliki 12,7 juta akun broker dalam pengajuan terbaru; E-Trade hanya memiliki 5,5 juta pengguna.

Pertumbuhan itu membuat uang mengalir masuk dari para pemodal ventura. Sequoia Capital dan New Enterprise Associates adalah di antara mereka yang telah menggelontorkan US$ 1,3 miliar dana ke Robinhood. Pada bulan Mei, perusahaan juga baru menerima US$ 280 juta dana segar.

DISCLAIMER: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri. Misalnya Tim Pijar Psikologi melalui https://pijarpsikologi.org/konsulgratis.


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stockbit Layani Nasabah Bank Jago Buka RDN Lewat Aplikasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular