
Mohon Maaf, Indonesia (Belum) Bisa Berdamai dengan Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia- Pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia ternyata belum terkendali. Paling tidak, hal itu tercermin dari data yang secara rutin disampaikan Juru Bicara Pemerintah Khusus Covid-19 Achmad Yurianto.
Kemarin, dalam satu hari pasien baru Covid-19 bertambah 2.657 orang, dan merupakan rekor tertinggi sejak pandemi ini dinyatakan resmi melanda Indonesia pada Maret 2020.
Apakah rekor penambahan pasien baru Covid-19 tercipta hanya untuk dipatahkan oleh rekor lain? Sayangnya rekor corona di Indonesia sudah 3 kali dipatahkan selama 10 hari terakhir.
Hingga kemarin Kamis, 9 Juli 2020 pukul 12.00 WIB, total kasus Corona di RI telah menyentuh 70.736 pasien. Indonesia berada diurutan 26 dalam kasus Covid-19 terbanyak dunia. Peringkat ini hanya terpaut 3 dari China yang berada di urutan 23.
Namun bila dibandingkan dengan kasus aktif, jumlah pasien di Indonesia 100 kali lipat dibandingkan dengan China. Di Indonesia masih ada 34.668 pasien, sementara China tersisa 342 orang.
China yang disebut menjadi episentrum awal penyakit mematikan ini, ternyata berhasil mengendalikan penyakit ini hanya dalam 3 bulan. Penyakit ini menyebar di China, khususnya Wuhan pada Desember 2019, namun mencapai puncak pada Februari 2020.
Bulan Maret 2020, China mulai membuka lockcown pada sejumlah kota secara bertahap. Ujungnya, pada 8 April seluruh lockdown di China sudah dibuka.
Bandingkan dengan Indonesia, kasus ini belum mencapai puncak meski telah mewabah selama 4 bulan. Secara resmi, pasien pertama Corona diumumkan awal April dan hingga kemarin data pasien baru terus meningkat dan mencetak rekor baru.
Tidak ada Provinsi di Indonesia yang bersih dari Covid-19. Sementara 88% Kabupaten/Kota di Indonesia sudah terpapar Covid-19. Jumlahnya mencapai 457 Kabupaten/Koya.
Sayangnya, data menunjukkan penyakit ini semakin agresif menular ketika sejumlah daerah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Jumlahnya meningkat signifikan, yakni 2 kali lipat hanya dalam sebulan terakhir. Penambahan kasus sebulan terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan 3 bulan sebelumnya ketika PSBB diberlakukan.
Achmad Yurianto berkali-kali mengatakan bahwa penambahan signifikan kasus Covid-19 di Indonesia karena hasil tracing secara agresif dan uji lab yang lebih banyak dibandingkan dengan sebelumnya.
Namun, tak mudah untuk membuat orang percaya ketika puncak kasus ini belum terlihat. ABC, salah satu media terbesar di Australia menurunkan laporan "Angka Kematian Terkait COVID di Indonesia Hampir Tembus 10 Ribu Jika Dihitung Dengan Pedoman WHO."
"Sungguh, kami benar-benar tidak habis pikir: apa sih manfaatnya menutupi data? Selain melawan hukum, perangai tidak transparan dan menutup-nutupi data ini juga membahayakan kepentingan publik," tulis KawalCovid dalam sebuah thread yang membahas soal keraguan terhadap data pemerintah mengenai Covid-19. KawalCovid, sebuah pemantau swasta yang fokus mendorong transparansi data Covid-19, pun menyatakan ketidakpercayaannya terhadap data pemerintah.
Seperti kata Presiden Jokowi, Indonesia harus berdamai dan hidup berdampingan dengan Corona sampai vaksin atau obat ditemukan. Namun, tampaknya Indonesia belum bisa berdamai maupun berdampingan dengan Corona!
(dob/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Virus XBB.1.5 Menggila di AS, Ini Ciri-Ciri Covid Varian Baru