Benarkah COVID-19 Lebih Mudah Menyebar di Rumah?

Redaksi, CNBC Indonesia
18 June 2020 11:22
In this Wednesday, June 10, 2020 photo, people enquire about their relatives from a health worker at a COVID designated hospital in New Delhi, India. Two and a half months of nationwide lockdown kept numbers of infections relatively low in India. But with restrictions easing in recent weeks, cases have shot up, raising questions about whether authorities have done enough to avert catastrophe. Half of Delhi’s 8,200 hospital beds dedicated to COVID-19 patients are already full and officials are projecting more than half a million cases in the city alone by July 31. (AP Photo/Manish Swarup)
Foto: Wabah Virus Corona di India AP/Manish Swarup

Jakarta, CNBC Indonesia - Para peneliti berbasis China dan Amerika Serikat menemukan bahwa virus corona (COVID-19) ternyata dua kali lebih menular di dalam rumah, dibandingkan dengan penyakit serupa seperti SARS dan MERS.

Lewat laporan model yang dirilis Kamis (18/6/2020), penelitian tersebut menggunakan data pada 350 pasien COVID-19 dengan hampir 2.000 kontak dekat pasien yang berada di kota Guangzhou, China.

Para peneliti menemukan rata-rata peluang penularan dari pasien yang awalnya sebesar 2,4%, kini melonjak menjadi 17,1%, terutama penularan dari pasien kepada orang-orang yang hidup bersamanya.

Hasil penelitian itu juga memperlihatkan jika penularan di dalam lingkungan rumah biasanya paling banyak didapat oleh orang yang berusia 60 tahun ke atas. Sedangkan penularan untuk usia 20 tahunan sejauh ini masih paling rendah.

Bahkan, peluang keseluruhan untuk menularkan COVID-19 kepada anggota keluarga atau pasangan yang tinggal bersama dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan SARS, dan tiga kali lebih tinggi dari MERS.

Secara signifikan, para peneliti menemukan pembawa COVID-19 dapat menularkan anggota keluarga atau pasangan secara signifikan lebih tinggi 39%. Penularan jauh lebih tinggi terjadi sebelum mereka mulai menunjukkan gejala daripada sesudah dinyatakan positif COVID-19.

Ini menunjukkan bahwa penyakit ini mudah menular dalam masa inkubasi, dan dapat ditularkan oleh orang yang tidak tahu bahwa mereka terinfeksi.

Para peneliti juga mengatakan bahwa isolasi dalam rumah dapat menekan jumlah total kasus COVID-19 sebesar 20-50% dibandingkan dengan tanpa karantina.

"Meskipun efek isolasi kasus tampaknya moderat, tingginya inefektivitas virus selama masa inkubasi menunjukkan karantina kontak asimptomatik dapat mencegah lebih banyak penularan selanjutnya," kata Qin-Long Jing dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Guangzhou, dikutip dari AFP.

Mengutip penelitian The Lancet, Virginia Pitzer dari Yale School of Public Health mengatakan bahwa "perbedaan utama" antara COVID-19 dan virus corona lainnya adalah probabilitas penularannya yang "jauh lebih tinggi" dalam masa inkubasinya.

Pitzer "menegaskan pentingnya relatif penularan pra-gejala dan hubungan antara usia yang lebih tua dan kerentanan, wawasan kunci yang harus menginformasikan desain strategi intervensi."

Sebelum menerapkan aturan penguncian (lockdown), banyak negara di Eropa yang mengeluarkan saran kesehatan agar masyarakat tunggal di rumah jika salah satu anggota keluarganya sakit dan menunjukkan gejala virus corona.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Ternyata Serang Otak, Mata, hingga Ginjal Manusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular