Awal Infeksi Covid-19 di China Agustus 2019, Bukan Desember?

Redaksi, CNBC Indonesia
10 June 2020 12:14
Covid-19, Virus Corona
Foto: Covid-19, Virus Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus Corona Covid-19 kemungkinan telah menyebar di China pada awal Agustus 2019 bukan Desember 2019 di Wuhan seperti laporan dari World Health Organization (WHO).

Ini merupakan hasil studi dari Harvard Medical School (HMS) yang dipublikasikan Senin (8/6/2020) di server DASH Universitas Harvard. Penelitian ini menggunakan gambar satelit tempat parkir di enam rumah sakit di Wuhan, China guna menghitung jumlah kendaraan dan memperkirakan tren hunian rumah sakit.

Riset ini juga menggunakan data dari mesin pencari China Baidu dengan melihat ada tidaknya perubahan pencarian untuk kata 'batuk' dan 'diare' antara April 2017 hingga Mei 2020.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada kecenderungan kenaikan hunian rumah sakit pada 2018 hingga 2020. Tetapi terjadi peningkatan tajam dalam jumlah hunian dari Agustus 2019, yang puncaknya pada Desember 2019.

Studi tersebut juga menemukan ada kenaikan volume pencaiuran di Baidu untuk dua kata kunci sekitar tiga minggu sbeelum lonjakan Covid-19 yang dikonfirmasi pada awal 2020.

"Peningkatan lalu lintas rumah sakit dan data pencarian gejala di Wuhan mendahului awal pandemi yang didokumentasikan pada Desember 2019," kata penulis penelitiaan, seperti dilansir dari CNBC International, Rabu (10/6/2020).

"Meskipun kami tidak dapat mengkonfirmasi apakah peningkatan volume secara langsung terkait dengan virus baru, bukti kami mendukung ada kemunculan [virus] sebelum identifikasi di pasar seafood Huanan."

Penulis laporan berpendapat bahwa temuan mereka mendukung teori bahwa Covid-19 sudah beredar sebelum wabah di Wuhan pertama kali didokumentasikan, dan ada kemungkinan virus menyebar secara internasional sebelum pihak berwenang China mendeteksi hal itu pada akhir 2019.

"Pada bulan Agustus, kami mengidentifikasi peningkatan unik dalam pencarian [kata] diare yang tidak terlihat pada musim flu sebelumnya atau tercermin dalam data pencarian batuk," kata tim peneliti.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencantumkan batuk dan diare sebagai gejala potensial Covid-19. Tim peneliti HMS menggambarkan gejala gastrointestinal sebagai "fitur unik" dari virus dan salah satu yang bisa menjadi keluhan utama bagi sejumlah pasien bergejala.

"Peningkatan pencarian gejala ini kemudian diikuti oleh peningkatan lalu lintas tempat parkir rumah sakit pada bulan Oktober dan November, serta peningkatan pencarian batuk," tambah penulis laporan.

"Walaupun kami tidak dapat menyimpulkan alasan peningkatan ini, kami berhipotesis bahwa penularan di masyarakat luas mungkin mengarah pada kasus yang lebih akut yang memerlukan perhatian medis, menghasilkan viral load yang lebih tinggi dan gejala yang lebih buruk."

China telah menghadapi kritik atas penanganan awal wabah Covid-19, termasuk tuduhan bahwa ia menahan informasi penting dari WHO dan menunda melaporkan jenis baru virus corona kepada organisasi. Pada bulan April, otoritas Wuhan merevisi angka kematian kota dari Covid-19 hingga 50% setelah "penyelidikan di seluruh kota."

[Gambas:Video CNBC]




(roy/roy) Next Article WHO Ungkap 6 Fakta Asal-Usul Corona, Hasil Investigasi Wuhan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular