
Internasional
Startup PHK Hampir 4.000 Pekerja akibat Corona di AS
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 April 2020 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai perusahaan rintisan (startup) di Amerika Serikat memangkas ribuan pekerja akibat pandemi corona (COVID-19).
Menurut laporan CNBC Internasional, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) mencakup 3.800 lebih pekerja di 40 perusahaan mulai dari hospitality, transportasi, pengiriman makanan, hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Kebanyakan perusahaan-perusahaan itu berada di California, Austin, Boston, dan kota Portland di Oregon. Dari data Crunchbase, perusahaan itu memiliki aset mendekati US$ 15 miliar.
PHK massal tersebut juga memperlihatkan bagaimana pandemi corona menghantam Silicon Valley, rumah bagi banyak perusahaan teknologi global.
Di luar PHK yang dilakukan berbagai startup, lebih dari 3 juta orang AS mengajukan klaim pengangguran sejak dua minggu lalu. Ini menjadikan ini angka tertinggi selama krisis ekonomi terakhir.
Pekerja di restoran dan industri perjalanan yang paling banyak menjadi korban atas peristiwa tersebut. Selain melakukan PHK, beberapa perusahaan startup juga membuat pekerja mereka mengambil cuti atau merumahkan mereka.
Kini, AS memiliki 188.280 kasus terjangkit, dengan 3.883 kasus kematian, dan 6.461 kasus berhasil sembuh per Rabu (1/4/2020), menurut data dari Worldometers.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani RUU paket stimulus untuk memulihkan ekonomi akibat pandemi virus corona pada 27 Maret lalu.
Jumlahnya mencapai US$ 2 Triliun atau setara Rp 32 ribu triliun, dan menjadi paket stimulus terbesar sepanjang sejarah yang pernah digelontorkan pemerintah AS.
Dana itu di antaranya akan diberikan ke masyarakat dalam bentuk bantuan tunai langsung (BLT), meningkatkan asuransi untuk pengangguran, memberi hibah untuk industri penerbangan, memberi bantuan ke UKM untuk membayar gaji pegawai.
(sef/sef) Next Article Tak Cuma di Silicon Valley, Startup RI Pernah PHK Pegawai
Menurut laporan CNBC Internasional, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) mencakup 3.800 lebih pekerja di 40 perusahaan mulai dari hospitality, transportasi, pengiriman makanan, hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Kebanyakan perusahaan-perusahaan itu berada di California, Austin, Boston, dan kota Portland di Oregon. Dari data Crunchbase, perusahaan itu memiliki aset mendekati US$ 15 miliar.
PHK massal tersebut juga memperlihatkan bagaimana pandemi corona menghantam Silicon Valley, rumah bagi banyak perusahaan teknologi global.
Di luar PHK yang dilakukan berbagai startup, lebih dari 3 juta orang AS mengajukan klaim pengangguran sejak dua minggu lalu. Ini menjadikan ini angka tertinggi selama krisis ekonomi terakhir.
Pekerja di restoran dan industri perjalanan yang paling banyak menjadi korban atas peristiwa tersebut. Selain melakukan PHK, beberapa perusahaan startup juga membuat pekerja mereka mengambil cuti atau merumahkan mereka.
Kini, AS memiliki 188.280 kasus terjangkit, dengan 3.883 kasus kematian, dan 6.461 kasus berhasil sembuh per Rabu (1/4/2020), menurut data dari Worldometers.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani RUU paket stimulus untuk memulihkan ekonomi akibat pandemi virus corona pada 27 Maret lalu.
Jumlahnya mencapai US$ 2 Triliun atau setara Rp 32 ribu triliun, dan menjadi paket stimulus terbesar sepanjang sejarah yang pernah digelontorkan pemerintah AS.
Dana itu di antaranya akan diberikan ke masyarakat dalam bentuk bantuan tunai langsung (BLT), meningkatkan asuransi untuk pengangguran, memberi hibah untuk industri penerbangan, memberi bantuan ke UKM untuk membayar gaji pegawai.
(sef/sef) Next Article Tak Cuma di Silicon Valley, Startup RI Pernah PHK Pegawai
Most Popular