
Warung Jadi Rebutan Bank & Startup, Ternyata Ini Pelopornya
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
17 February 2020 17:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Keberadaan warung kelontong kini tidak bisa dipandang sebelah mata. Warung-warung kelontong yang semula hanya melayani pembelian barang secara eceran, keberadaannya pun dilirik oleh perusahaan rintisan dan perbankan untuk meningkatkan layanan keuangan.
Saat ini Indonesia memiliki sekitar 50 juta warung di seluruh pelosok negeri yang melayani kebutuhan masyarakat. Banyaknya jumlah warung ini pun menjadi potensi yang baik untuk memperluas transaksi perbankan di daerah-daerah.
Misalnya Grab Indonesia melalui GrabKios juga menerapkan pembayaran dengan sistem Quick Response Code Indonesian atau QRIS. GrabKios juga mengandalkan warung kelontong untuk menjangkau masyarakat hingga ke pelosok daerah.
Warung kelontong di bawah naungan GrabKios juga memungkinkan masyarakat untuk melakukan berbagai macam transaksi diantaranya adalah pembelian pulsa dan paket data, token listrik, pembayaran tagihan seperti air, listrik, telepon, multifinance, hingga pendaftaran mitra pengemudi Grab.
Ada juga Bukalapak yang baru-baru ini bekerja sama dengan Bank Mandiri dalam menggaet warung kelontong menjadi agen Bukalapak. agar bisa menjadi channel layanan perbankan. Warung-warung yang tersebar di seluruh Indonesia dinilai bisa menggerakkan roda perekonomian dengan bantuan teknologi.
Potensi-potensi yang ada dari keberadaan warung kelontong pun membuatnya diperebutkan. Apalagi dengan jumlahnya yang besar dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia membuka potensi untuk melayani layanan perbankan, yang mungkin tidak bisa terjangkau oleh kantor cabang.
Akan tetapi sebelum banyak perusahaan rintisan yang melirik warung-warung ini dan keberadaannya dinilai potensial, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sudah lebih dulu menggaet warung-warung ini sebagai agen BRILink. Layanan BRILink ini merupakan perluasan layanan BRI yang menjalin kerjasama salah satunya dengan nasabah BRI pemilik warung kelontong.
Meski Bank BRI memiliki cabang hingga pelosok, keberadaan warung-warung ini bisa menjangkau yang tidak tersentuh Kantor Cabang Pembantu (KCP) sekalipun.
Dengan begitu masyarakat tetap bisa melakukan transaksi elektronik melalui warung kelontong dan agen BRILink. Pemilik warung yang sudah menjadi agen BRILink akan menyediakan layanan perbankan serta layanan keuangan lainnya yang bisa dilakukan tidak melalui jaringan kantor.
Transaksinya juga bermacam-macam, mulai dari pembelian pulsa, tarik tunai, belanja merchant, hingga pembayaran tagihan bulanan. Keberadaan Agen BRILink nyata terasa manfaatnya terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Saat ini keberadaannya sudah merambah di 51.661 desa di seluruh penjuru negeri.
Direktur Utama BRI Sunarso menyebut mayoritas nasabah Bank BRI sudah beralih menggunakan transaksi di e-channel dan online. Bahkan transaksi perbankan di cabang BRI saat ini tak lebih dari 10% dari total transaksi. Keberadaan agen BRILink pun bisa memberikan kemudahan bagi masyarakat.
"Transaksi mayoritas sudah ke online. Di cabang transaksi tidak lebih dari 10% dan 90% bergeser ke online," jelasnya.
Pada 2019 transaksi elektronik BRILink mencapai yang fantastis senilai Rp 673 triliun sepanjang tahun lalu. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Rabu (29/1/2020) angka ini mengalahkan 42 penyelenggara uang elektronik yang jumlah transaksinya Rp 186,5 triliun pada periode yang sama.
Tahun lalu Agen BRILink mampu mencatatkan jumlah transaksi sebesar 521 juta kali transaksi finansial dengan volume sebesar Rp 673 triliun atau tumbuh 31,2% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja Agen BRILink yang kuat membuat fee-based income yang dihasilkan tumbuh 75,7% year on year dari Rp 448,82 miliar di akhir tahun 2018 menjadi Rp 788,71 miliar di akhir 2019.
Padahal setiap bulannya, jumlah transaksi ke-42 penyelenggara uang elektronik tersebut terus mengalami peningkatan, misalnya sepanjang Januari 2019 mencapai Rp 5,8 triliun. Angka ini naik terus setiap bulannya atau lebih dari 3 kali lipat menjadi Rp 16,9 triliun sepanjang Desember 2019.
Tidak hanya memperluas layanan perbankan, layanan BRILink dan Agen BRILink memiliki peran langsung dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Salah satu hal yang menunjang hal ini adalah fakta bahwa Agen BRILink melayani pencairan program bantuan sosial (bansos) non-tunai, sehingga berkontribusi terhadap penyaluran bansos kepada masyarakat yang dilakukan secara efisien, tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.
Agen BRILink juga memfasilitasi masyarakat yang ingin mendapatkan akses asuransi mikro milik BRI yang disebut AM-KKM (Asuransi Mikro - Kecelakaan, Kesehatan dan Meninggal Dunia).
Pada akhir Desember 2019 tercatat 422.160 orang telah menjadi Agen BRILink di seluruh Indonesia, tumbuh dari posisi akhir Desember 2018 sebanyak 401.550. Artinya, per hari sebanyak 56 orang bergabung menjadi Agen BRILink.
(dob/dob) Next Article Transaksi BRILink Kalahkan OVO, Gopay, dan 40 Temannya
Saat ini Indonesia memiliki sekitar 50 juta warung di seluruh pelosok negeri yang melayani kebutuhan masyarakat. Banyaknya jumlah warung ini pun menjadi potensi yang baik untuk memperluas transaksi perbankan di daerah-daerah.
Misalnya Grab Indonesia melalui GrabKios juga menerapkan pembayaran dengan sistem Quick Response Code Indonesian atau QRIS. GrabKios juga mengandalkan warung kelontong untuk menjangkau masyarakat hingga ke pelosok daerah.
Ada juga Bukalapak yang baru-baru ini bekerja sama dengan Bank Mandiri dalam menggaet warung kelontong menjadi agen Bukalapak. agar bisa menjadi channel layanan perbankan. Warung-warung yang tersebar di seluruh Indonesia dinilai bisa menggerakkan roda perekonomian dengan bantuan teknologi.
Potensi-potensi yang ada dari keberadaan warung kelontong pun membuatnya diperebutkan. Apalagi dengan jumlahnya yang besar dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia membuka potensi untuk melayani layanan perbankan, yang mungkin tidak bisa terjangkau oleh kantor cabang.
Akan tetapi sebelum banyak perusahaan rintisan yang melirik warung-warung ini dan keberadaannya dinilai potensial, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sudah lebih dulu menggaet warung-warung ini sebagai agen BRILink. Layanan BRILink ini merupakan perluasan layanan BRI yang menjalin kerjasama salah satunya dengan nasabah BRI pemilik warung kelontong.
Meski Bank BRI memiliki cabang hingga pelosok, keberadaan warung-warung ini bisa menjangkau yang tidak tersentuh Kantor Cabang Pembantu (KCP) sekalipun.
Dengan begitu masyarakat tetap bisa melakukan transaksi elektronik melalui warung kelontong dan agen BRILink. Pemilik warung yang sudah menjadi agen BRILink akan menyediakan layanan perbankan serta layanan keuangan lainnya yang bisa dilakukan tidak melalui jaringan kantor.
Transaksinya juga bermacam-macam, mulai dari pembelian pulsa, tarik tunai, belanja merchant, hingga pembayaran tagihan bulanan. Keberadaan Agen BRILink nyata terasa manfaatnya terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar). Saat ini keberadaannya sudah merambah di 51.661 desa di seluruh penjuru negeri.
Direktur Utama BRI Sunarso menyebut mayoritas nasabah Bank BRI sudah beralih menggunakan transaksi di e-channel dan online. Bahkan transaksi perbankan di cabang BRI saat ini tak lebih dari 10% dari total transaksi. Keberadaan agen BRILink pun bisa memberikan kemudahan bagi masyarakat.
"Transaksi mayoritas sudah ke online. Di cabang transaksi tidak lebih dari 10% dan 90% bergeser ke online," jelasnya.
Pada 2019 transaksi elektronik BRILink mencapai yang fantastis senilai Rp 673 triliun sepanjang tahun lalu. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Rabu (29/1/2020) angka ini mengalahkan 42 penyelenggara uang elektronik yang jumlah transaksinya Rp 186,5 triliun pada periode yang sama.
Tahun lalu Agen BRILink mampu mencatatkan jumlah transaksi sebesar 521 juta kali transaksi finansial dengan volume sebesar Rp 673 triliun atau tumbuh 31,2% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja Agen BRILink yang kuat membuat fee-based income yang dihasilkan tumbuh 75,7% year on year dari Rp 448,82 miliar di akhir tahun 2018 menjadi Rp 788,71 miliar di akhir 2019.
Padahal setiap bulannya, jumlah transaksi ke-42 penyelenggara uang elektronik tersebut terus mengalami peningkatan, misalnya sepanjang Januari 2019 mencapai Rp 5,8 triliun. Angka ini naik terus setiap bulannya atau lebih dari 3 kali lipat menjadi Rp 16,9 triliun sepanjang Desember 2019.
Tidak hanya memperluas layanan perbankan, layanan BRILink dan Agen BRILink memiliki peran langsung dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Salah satu hal yang menunjang hal ini adalah fakta bahwa Agen BRILink melayani pencairan program bantuan sosial (bansos) non-tunai, sehingga berkontribusi terhadap penyaluran bansos kepada masyarakat yang dilakukan secara efisien, tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.
Agen BRILink juga memfasilitasi masyarakat yang ingin mendapatkan akses asuransi mikro milik BRI yang disebut AM-KKM (Asuransi Mikro - Kecelakaan, Kesehatan dan Meninggal Dunia).
Pada akhir Desember 2019 tercatat 422.160 orang telah menjadi Agen BRILink di seluruh Indonesia, tumbuh dari posisi akhir Desember 2018 sebanyak 401.550. Artinya, per hari sebanyak 56 orang bergabung menjadi Agen BRILink.
(dob/dob) Next Article Transaksi BRILink Kalahkan OVO, Gopay, dan 40 Temannya
Most Popular