
E-Commerce RI Tumbuh Pesat, Tapi Kalah Dari China & Singapura
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 December 2019 17:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi dalam platform e-commerce di Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan fantastis. Fenomena keranjingan belanja online yang menjangkiti masyarakat Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan inovasi dan strategi promosi yang ditawarkan para 'pemain'.
Siapa yang tak kenal dengan e-commerce, situs belanja online yang lagi ngetren itu. Industri perdagangan daring di Indonesia memang sedang mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Ukuran Pasar E-Commerce Indonesia
Menurut riset yang dilakukan oleh Google, Bain & Company dan Temasek nilai transaksi berdasarkan metode Gross Merchandise Value (GMV) yang tercatat di platform e-commerce Indonesia tahun 2015 mencapai US$ 1,7 miliar. Pada 2019 GMV diperkirakan mencapai US$ 21 miliar. Nilai tersebut setara dengan Rp 294 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Artinya rata-rata pertumbuhan transaksi per tahunnya mencapai 88%. Fantastis bukan? Untuk ukuran pasar serta laju pertumbuhan, Indonesia merupakan yang terbesar dan tercepat jika dibanding negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Menurut studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company, pada 2022 transaksi e-commerce di Indonesia mencapai US$ 55-65 miliar. Studi lain yang dilakukan oleh Google, Bain & Company serta Temasek memperkirakan nilai transaksi mencapai US$ 81 miliar pada 2025 dengan laju rata-rata tahunan (CAGR) mencapai 48%.
Walaupun pertumbuhannya tergolong sangat pesat, total transaksi belanja online orang Indonesia jika dibandingkan dengan total transaksi ritelproporsinya masih kecil yaitu baru 3% saja. Kalah jauh dengan China yang mencapai 16% dan Singapura yang mencapai 10%. Artinya dengan laju pertumbuhan yang tinggi, ruang untuk tumbuh masih tersedia luas.
Faktor Pendukung Pesatnya Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
Pertumbuhan yang pesat di sektor e-commerce ini dipicu oleh adopsi teknologi yang cepat oleh masyarakat Indonesia. Tingkat penetrasi internet dan penggunaan ponsel pintar yang tinggi jadi pemicu kebiasaan berbelanja online. Tak hanya itu, kecepatan internet yang semakin tinggi dan murahnya paket data juga turut mendukung pesatnya bisnis e-commerce di Indonesia.
Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2019 setidaknya ada 171,2 juta orang Indonesia adalah pengguna internet atau setara dengan 64,8% dari total populasi. Sementara studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company, jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia mencapai 105 juta orang pada 2017. Persaingan Antar ‘Pemain’
Menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, lebih dari 47 e-commerce ada di Indonesia. Secara umum e-commerce terbagi menjadi dua model bisnis. Ada yang sifatnya marketplace yang mempertemukan antara penjual dan pembeli dalam satu platform seperti Tokopedia, Shopee dan Bukalapak.
Model bisnis yang lain adalah e-commerce berbasis inventory based yang menyediakan stok barangnya secara langsung. Biasanya jenis ini memilih pangsa pasar yang niche seperti Shopie Paris, Berry Benka, Hijabenka dll.
Persaingan antar pemain di industri e-commerce tanah air sangatlah ketat. Saat ini ada tiga e-commerce yang menguasai pasar Indonesia. Mereka adalah Tokopedia, Shopee dan Bukalapak. Platform lain yang juga menyusul antara lain Lazada, Blibli dan JD.ID.
Produk yang Ditawarkan
Rata-rata e-commerce menjual 26 kategori produk mulai dari fashion hingga barang elektronik. Saat ini produk yang paling banyak dibeli orang Indonesia melalui platform e-commerce adalah barang elektronik dan produk fashion.
Menurut Dataportal, transaksi e-commerce untuk produk barang elektronik mencapai US$ 2,6 miliar (Rp 36,4 triliun). Pada saat yang sama transaksi untuk produk fashion mencapai US$ 2,3 miliar ( Rp 32,2 triliun).
Sementara jenis produk yang pertumbuhan penjualannya paling tinggi adalah produk makanan dan personal care dengan laju 30% dan produk mainan serta hobi yang tumbuh 25%.
E-commerce di Indonesia tak hanya menjual produk-produk fisik dan konvensional. Namun juga menjual produk digital seperti tagihan pembayaran kartu kredit, listrik, bpjs hingga pajak. Tak sampai di situ, beberapa platform e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak menyediakan platform untuk membeli produk investasi seperti reksa dana dan perdagangan emas.
Perilaku Konsumen E-Commmerce
Survei yang dilakukan oleh Snapchart menunjukkan bahwa kebanyakan online shoppers berbelanja online sebulan sekali. Sementra transaksi untuk pembayaran masih megandalkan transfer melalui bank. Namun pembayaran melalui uang digital mulai lazim dan mencatatkan pertumbuhan.
Konsumen e-commerce di Indonesia juga cenderung price sensitive. Sehingga e-commerce mana yang lebih menawarkan produk dengan harga lebih miring bakal banyak diminati dan digunakan.
Selain itu, pelanggan e-commerce juga menuntut adanya pengalaman berbelanja yang lebih. Tidak hanya sekedar menghemat waktu dan biaya tapi juga pengalaman emosional lainnya.
Saat ini industri e-commerce tanah air sedang berada di fase pertumbuhan. Suatu saat ketika mencapai fase mature, persaingan e-commerce akan lebih ramping dengan beberapa e-commerce tersisa dan nilai transaksi yang jauh lebih besar.
Tinggal tunggu waktunya saja....
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Tokopedia Tergeser! Ini Dia Jawara e-Commerce Indonesia
Siapa yang tak kenal dengan e-commerce, situs belanja online yang lagi ngetren itu. Industri perdagangan daring di Indonesia memang sedang mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Ukuran Pasar E-Commerce Indonesia
Artinya rata-rata pertumbuhan transaksi per tahunnya mencapai 88%. Fantastis bukan? Untuk ukuran pasar serta laju pertumbuhan, Indonesia merupakan yang terbesar dan tercepat jika dibanding negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Menurut studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company, pada 2022 transaksi e-commerce di Indonesia mencapai US$ 55-65 miliar. Studi lain yang dilakukan oleh Google, Bain & Company serta Temasek memperkirakan nilai transaksi mencapai US$ 81 miliar pada 2025 dengan laju rata-rata tahunan (CAGR) mencapai 48%.
![]() |
![]() |
Faktor Pendukung Pesatnya Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
Pertumbuhan yang pesat di sektor e-commerce ini dipicu oleh adopsi teknologi yang cepat oleh masyarakat Indonesia. Tingkat penetrasi internet dan penggunaan ponsel pintar yang tinggi jadi pemicu kebiasaan berbelanja online. Tak hanya itu, kecepatan internet yang semakin tinggi dan murahnya paket data juga turut mendukung pesatnya bisnis e-commerce di Indonesia.
Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2019 setidaknya ada 171,2 juta orang Indonesia adalah pengguna internet atau setara dengan 64,8% dari total populasi. Sementara studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company, jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia mencapai 105 juta orang pada 2017. Persaingan Antar ‘Pemain’
Menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, lebih dari 47 e-commerce ada di Indonesia. Secara umum e-commerce terbagi menjadi dua model bisnis. Ada yang sifatnya marketplace yang mempertemukan antara penjual dan pembeli dalam satu platform seperti Tokopedia, Shopee dan Bukalapak.
Model bisnis yang lain adalah e-commerce berbasis inventory based yang menyediakan stok barangnya secara langsung. Biasanya jenis ini memilih pangsa pasar yang niche seperti Shopie Paris, Berry Benka, Hijabenka dll.
Persaingan antar pemain di industri e-commerce tanah air sangatlah ketat. Saat ini ada tiga e-commerce yang menguasai pasar Indonesia. Mereka adalah Tokopedia, Shopee dan Bukalapak. Platform lain yang juga menyusul antara lain Lazada, Blibli dan JD.ID.
Produk yang Ditawarkan
Rata-rata e-commerce menjual 26 kategori produk mulai dari fashion hingga barang elektronik. Saat ini produk yang paling banyak dibeli orang Indonesia melalui platform e-commerce adalah barang elektronik dan produk fashion.
Menurut Dataportal, transaksi e-commerce untuk produk barang elektronik mencapai US$ 2,6 miliar (Rp 36,4 triliun). Pada saat yang sama transaksi untuk produk fashion mencapai US$ 2,3 miliar ( Rp 32,2 triliun).
Sementara jenis produk yang pertumbuhan penjualannya paling tinggi adalah produk makanan dan personal care dengan laju 30% dan produk mainan serta hobi yang tumbuh 25%.
E-commerce di Indonesia tak hanya menjual produk-produk fisik dan konvensional. Namun juga menjual produk digital seperti tagihan pembayaran kartu kredit, listrik, bpjs hingga pajak. Tak sampai di situ, beberapa platform e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak menyediakan platform untuk membeli produk investasi seperti reksa dana dan perdagangan emas.
Perilaku Konsumen E-Commmerce
Survei yang dilakukan oleh Snapchart menunjukkan bahwa kebanyakan online shoppers berbelanja online sebulan sekali. Sementra transaksi untuk pembayaran masih megandalkan transfer melalui bank. Namun pembayaran melalui uang digital mulai lazim dan mencatatkan pertumbuhan.
Konsumen e-commerce di Indonesia juga cenderung price sensitive. Sehingga e-commerce mana yang lebih menawarkan produk dengan harga lebih miring bakal banyak diminati dan digunakan.
Selain itu, pelanggan e-commerce juga menuntut adanya pengalaman berbelanja yang lebih. Tidak hanya sekedar menghemat waktu dan biaya tapi juga pengalaman emosional lainnya.
Saat ini industri e-commerce tanah air sedang berada di fase pertumbuhan. Suatu saat ketika mencapai fase mature, persaingan e-commerce akan lebih ramping dengan beberapa e-commerce tersisa dan nilai transaksi yang jauh lebih besar.
Tinggal tunggu waktunya saja....
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Tokopedia Tergeser! Ini Dia Jawara e-Commerce Indonesia
Most Popular