Viral Aplikasi Truecaller & Percakapan Grup WhatsApp Anak STM

Roy Franedya, CNBC Indonesia
01 October 2019 15:20
Viral Aplikasi Truecaller & Percakapan Grup WhatsApp Anak STM
Foto: Demo Mahasiswa di Gedung BPK (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Netizen (warganet) tanah air sedang heboh tangkapan layar (screen shoot) percakapan WhatsApp anak STM yang demo di depan DPR pada Senin (30/9/2019) dan aplikasi Truecaller.

Dalam tangkapan layar percakapan grup WhatsApp yang dilihat CNBC Indonesia, Selasa (1/10/2019), para peserta demo yang disebut-sebut anak STM sedang membicarakan soal bayaran untuk aksi demo yang tak kunjung dibayarkan.


Beberapa netizen mencoba mencari tahun nomor ponsel yang ada dalam grup WhatsApp tersebut menggunakan aplikasi TrueCaller dan disebut sebagaikan dalam aplikasi tersebut, nomor telepon tersebut milik aparat Kepolisian.

Lalu apa itu aplikasi TrueCaller? Aplikasi asal Swedia ini ditujukan untuk mengidentifikasi nomor telepon anonim yang belum tersimpan di ponsel. Tujuannya, untuk menghindari panggilan telepon mengganggu seperti marketing kartu kredit atau produk-produk keuangan lainnya.

Viral Aplikasi Truecaller & Percakapan Grup WhatsApp Anak STMFoto: Aplikasi Truecaller (twitter @abheemanyun)

Aplikasi ini dibuat oleh Nami Zarringhalam dan Alan Mamedi pada 2019. Mengutip NDTV, manajemen mengklaim aplikasi ini sudah didownload 500 juta kali dengan 150 juta pengguna aktif harian dan 1 juta pengguna berbayar.

Mengutip Lifewire, aplikasi ini bekerja dengan mengumpulkan nomor telepon yang mendownload aplikasi ini. Maklum, salah satu persyaratan yang diminta ketika pertama kali mendownload aplikasi ini adalah memberikan izin pada aplikasi untuk merekam nomor telepon yang ada di ponsel.


Selain itu, aplikasi juga mengumpul nomor telepon yang dilaporkan oleh pengguna ke aplikasi untuk dihindari. Namun cara pengumpulan nomor telepon ini mengandung bahaya privasi pengguna karena merekam nomor telepon orang lain.

Lanjut ke halaman 2 >>>


Saat dikonfirmasi ke Polri, Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyebut, apa yang ada di media sosial sebagian besar anonim. Polisi masih akan mendalami informasi tersebut.

"Belum bisa dipastikan. Kalau itu anggota polisi pun itu balum bisa dipastikan, betul itu anggota polisi atau tidak. Dan narasinya saya belum baca. Ada unsur pidananya nggak, nanti jajaran multimedia akan menbuat literasi digital kepada masyarakat agar masyarakat bisa cerdas dalam menggunakan media sosial," ujarnya seperti dikutip dari detikINET.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular