
Banjir Impor, Asosiasi Bantah E-Commerce Jadi Pintu Masuk
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
15 August 2019 15:56

Jakarta, CNBC Indonesia- Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mengklaim belanja online melalui pedagang luar negeri (impor ecommerce) atau impor paket tercatat hanya di bawah 1%.
"Ini sudah jadi isu nasional, impor ecommerce masuk ke Indonesia sekitar 0,42% untuk impor paket," kata Ketua umum idEA, Ignasius Untung di JCC, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Dia menjelaskan, ada dua jenis impor dalam hal ini. Yang pertama pengiriman barang secara gelondongan yang nantinya akan dijual secara retail. Kemudian, penjualan langsung secara paket, dimana pembeli berasal dari Indonesia, sementara penjualnya ada di luar negeri.
"Ini tidak akan sampai dominan karena platform yang menyediakan itu (seller luar negeri) hanya ada di tiga platform, yaitu Lazada, JD ID, dan Shopee," katanya lagi.
Sementara itu, menurutnya Indonesia menurutnya memiliki cara belanja yang unik. Terbukti dengan adanya layanan Cash On Delivery (COD) atau bayar di tempat. Hal ini, memang terkait dengan masalah kepercayaan akan perilaku konsumen di Indonesia.
"Angka COD itu tinggi di Indonesia. Ini soal trust, karena belum biasa," ujarnya.
(dob/dob) Next Article Toko TikTok Makin Ramai, Shopee dan Lazada Kena Getahnya
"Ini sudah jadi isu nasional, impor ecommerce masuk ke Indonesia sekitar 0,42% untuk impor paket," kata Ketua umum idEA, Ignasius Untung di JCC, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Dia menjelaskan, ada dua jenis impor dalam hal ini. Yang pertama pengiriman barang secara gelondongan yang nantinya akan dijual secara retail. Kemudian, penjualan langsung secara paket, dimana pembeli berasal dari Indonesia, sementara penjualnya ada di luar negeri.
"Ini tidak akan sampai dominan karena platform yang menyediakan itu (seller luar negeri) hanya ada di tiga platform, yaitu Lazada, JD ID, dan Shopee," katanya lagi.
Sementara itu, menurutnya Indonesia menurutnya memiliki cara belanja yang unik. Terbukti dengan adanya layanan Cash On Delivery (COD) atau bayar di tempat. Hal ini, memang terkait dengan masalah kepercayaan akan perilaku konsumen di Indonesia.
"Angka COD itu tinggi di Indonesia. Ini soal trust, karena belum biasa," ujarnya.
(dob/dob) Next Article Toko TikTok Makin Ramai, Shopee dan Lazada Kena Getahnya
Most Popular