Cryptocurrency

Meski Kian Populer, Bitcoin Cs Tak Bisa Gantikan Uang Tunai

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
10 February 2018 19:04
Volatitas harga Bitcoin Cs membuat nan ekstrim cenderung mengurangi fungsi sebagai penyimpan nilai.
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia – Bitcoin dan mata uang digital lainnya (cryptocurrency) sejauh ini belum menjadi pesaing kuat untuk uang tunai, cek atau kartu kredit sebagai alat pembayaran di Amerika Serikat (AS) dan negara perekonomian utama lainnya. Hal ini diungkapkan dua ekonom New York Federal Reserve, Michael Lee dan Antoine Martin.

Seperti dilansir dari Reuters, Bitcoin Cs biasanya berkembang sebagai bentuk alternatif alat pembayaran ketika ada kecurigaan terhadap bentuk pembayaran tradisional, kata mereka melalui tulisan di blog yang diterbitkan Jumat (9/2/2018).

Mereka memberi contoh ketika Yunani berjuang dengan masalah utang di tahun 2015. Minat dan perdagangan Bitcoin di Yunani melonjak. Ada kecemasan masyarakat Yunani akan diambilnya kebijakan kontrol modal dan Yunani keluar dari kawasan dan mata uang euro.

Cryptocurrency bisa dibilang menyelesaikan masalah pembayaran di lingkungan yang tidak berdaya, tapi tidak jelas apakah ini adalah masalah yang perlu untuk dipecahkan, paling tidak di AS dan negara perekonomian maju lainnya,” tulis mereka.

Para ekonom tersebut mengatakan Bitcoin, Ethereum, Ripple dan mata uang digital lainnya memiliki kelemahan, meskipun penggunaan dan popularitasnya terus meningkat. Pada Bitcoin, volatilitas nan ekstrim cenderung mengurangi fungsi sebagai penyimpan nilai. Hal ini tidak seperti mata uang traditional yang dikelola oleh bank sentral. Transaksi bitcoin juga mengkonsumsi banyak sekali daya listrik dan butuh waktu lama untuk memvalidasi transaksinya.

Saat ini, transaksi Bitcoin diestimasi menggunakan energi 48 terawatt jam dalam setahun. Jumlah yang sama mampu menerangi 4,4 juta rumah di AS, menurut blog cryptocurrency, Digiconomist, yang dikutip oleh Lee dan Martin.

Uang tunai dan metode pembayaran tradisional lainnya juga menawarkan kenyamanan dan keuntungan yang relatif lebih banyak daripada cryptocurrency.

“Pada dasarnya, kami mempertanyakan apakah metode pembayaran yang didesain agar berfungsi di institusi yang sangat tidak bisa dipercaya akan senyaman metode di institusi yang butuh kepercayaan serta sudah ada,” tulis Lee dan Martin.

Pada Bursa Bitstamp di hari Jumat Jumat (9/2/2018), Bitcoin diperdagangkan US$ 8.414,34. Angka ini sudah turun hingga 70% dari nilai tertingginya, mendekati US$20.000 (Rp 272,2 juta) di pertengahan Desember 2017.

“Di dunia di mana semua hal dihargai dengan bitcoin, ini dapat diartikan sebagai goncangan hebat di inflasi dan aktivitas perekonomian,” kata mereka.

(roy/roy) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular