Cryptocurrency
Ini Tips Agar Tak Deg-Degan Trading Bitcoin
13 January 2018 14:04

- Naik turun harga Bitcoin buat para trader bergairah dan berpeluang memberikan cuan.
- Pemain pemula harus berani menanggung kerugian dalam trading Bitcoin, jangan mau untung terus.
Jakarta, CNBC Indonesia — Pergerakan Bitcoin dan mata uang digital lain memang membuat jantung deg-degan. Tak pelak, banyak orang yang ragu-ragu ketika akan memulai melakukan trading Bitcoin.
Ina Sita, seorang trader kawakan, memberikan beberapa tips agar fluktuasi harga Bitcoin tidak membuat ‘panas dingin’. Perempuan yang telah memegang Bitcoin sejak 8 tahun yang lalu ini mengaku sudah mengalami pasang-surut harga mata uang kripto (cryptocurrency).
“Jadi memang tipikal pemula itu maunya untung terus, tapi gak mau rugi. Nah, ini mindeset pertama yang harus dihilangkan,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Dia mengatakan, justru naik dan turunnya harga itulah yang membuat trader menjadi bergairah dan berpeluang memberi cuan. Ina mengingatkan, melakoni trading dalam instrumen apapun selalu memilliki resiko untuk rugi.
Dalam portofolio Ina sendiri, Bitcoin dan mata uang digital lainnya memiliki porsi sekitar 10%. Selain itu, Ina mengatakan dirinya banyak bermain di pasar valuta asing atau forex, bahkan sejak masih sekolah menengah atas.
Selebihnya, dia mengaku memegang sejumlah efek dari perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa Hong Kong Stock Exchange (HKEX), London Stock Exchange (LSE), Wall Street atau New York Stock Exchange (NYSE) dan lainnya.
Ina menyebutkan, dalam menganalisis pergerakan harga Bitcoin, dia percaya bahwa faktor fundamental hanya memegang peran sekitar 10%. Sementara sisanya atau 90% adalah pergerakan teknikal.
Analisis fundamental tersebut, paparnya, banyak dipengaruhi oleh berita perang yang terjadi di Timur Tengah dan khususnya, Semenanjung Korea.
“Kalau teknikal, Bitcoin itu banyak sideways ya, banyak mainnya satu arah saja. Jadi memang cenderung tidak likuid. Orang tidak bisa sering ambil posisi,” ungkapnya.
Setelah membuka catatannya, Ina menyebutkan telah mencoba bermain Bitcoin sejak harga US$1,309 per btc. Waktu itu, dia menyebut membeli Bitcoin sebanyak US$1.000 sebagai awalan.
Dia menceritakan pada waktu itu tidak berharap Bitcoin akan banyak memberikan keuntungan. “Kami gak bisa berharap, ada ritme, roda berputar lah. Kadang untung kadang rugi. Itu harus ditungguin.” ujarnya.
Ina Sita, seorang trader kawakan, memberikan beberapa tips agar fluktuasi harga Bitcoin tidak membuat ‘panas dingin’. Perempuan yang telah memegang Bitcoin sejak 8 tahun yang lalu ini mengaku sudah mengalami pasang-surut harga mata uang kripto (cryptocurrency).
“Jadi memang tipikal pemula itu maunya untung terus, tapi gak mau rugi. Nah, ini mindeset pertama yang harus dihilangkan,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Dia mengatakan, justru naik dan turunnya harga itulah yang membuat trader menjadi bergairah dan berpeluang memberi cuan. Ina mengingatkan, melakoni trading dalam instrumen apapun selalu memilliki resiko untuk rugi.
Dalam portofolio Ina sendiri, Bitcoin dan mata uang digital lainnya memiliki porsi sekitar 10%. Selain itu, Ina mengatakan dirinya banyak bermain di pasar valuta asing atau forex, bahkan sejak masih sekolah menengah atas.
Selebihnya, dia mengaku memegang sejumlah efek dari perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa Hong Kong Stock Exchange (HKEX), London Stock Exchange (LSE), Wall Street atau New York Stock Exchange (NYSE) dan lainnya.
Ina menyebutkan, dalam menganalisis pergerakan harga Bitcoin, dia percaya bahwa faktor fundamental hanya memegang peran sekitar 10%. Sementara sisanya atau 90% adalah pergerakan teknikal.
Analisis fundamental tersebut, paparnya, banyak dipengaruhi oleh berita perang yang terjadi di Timur Tengah dan khususnya, Semenanjung Korea.
“Kalau teknikal, Bitcoin itu banyak sideways ya, banyak mainnya satu arah saja. Jadi memang cenderung tidak likuid. Orang tidak bisa sering ambil posisi,” ungkapnya.
Setelah membuka catatannya, Ina menyebutkan telah mencoba bermain Bitcoin sejak harga US$1,309 per btc. Waktu itu, dia menyebut membeli Bitcoin sebanyak US$1.000 sebagai awalan.
Dia menceritakan pada waktu itu tidak berharap Bitcoin akan banyak memberikan keuntungan. “Kami gak bisa berharap, ada ritme, roda berputar lah. Kadang untung kadang rugi. Itu harus ditungguin.” ujarnya.
Artikel Selanjutnya
Terus Membaik, Bitcoin Diperdagangkan Rp 152,27 Juta/Koin
(roy)