Sedih, RI 'Sering' Impor Produk Halal

Cantika Adinda, CNBC Indonesia
20 October 2020 12:52
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di acara  Penandatanganan perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman untuk program penjaminan pemerintah kepada korporasi padat karya dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional (Biro KLI-Kemenkeu)
Foto: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Biro KLI-Kemenkeu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia telah dijadikan pasar oleh para pemain global produk halal dari berbagai penjuru di dunia. Maka tak heran, Indonesia masih sering melakukan impor produk halal.

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan gaya hidup halal telah mengalami perkembangan pesat dalam dua dasawarsa terakhir.

Menurut Airlangga, berdasarkan laporan dari State and Global Islamic Economy Report 2019-2020, gaya hidup muslim meningkat dari US$ 2,2 triliun pada 2018, dan diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 3,2 triliun pada 2024.

Dari laporannya, pada 2018, Indonesia telah membelanjakan US$ 214 miliar produk-produk halal, atau mencakup 10% dari pangsa produk halal dunia. Beberapa di antara produk halal tersebut, kata Airlangga diperoleh secara impor.



"Peningkatan [belanja produk halal] dipengaruhi oleh tingginya impor Indonesia terhadap produk-produk halal," jelas Airlangga, dalam pembukaan Program Pelatihan Digitalisasi Pemasaran dan Manajemen Produk Halal bagi UMKM yang disiarkan virtual, Selasa (20/10/2020).

Oleh karena itu, Indonesia yang memiliki 60 juta lebih usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) semestinya perlu terus didorong, terutama kepada mereka yang memiliki usaha berlabel syariah.

Karena dengan begitu, maka akan terbuka kesempatan bagi UMKM untuk menjadi pemain global industri halal di dunia.

"Komitmen pemerintah juga diwujudkan dengan penyederhanaan, percepatan proses perizinan, biaya sertifikasi halal UMKM yang dibiayai pemerintah, dan juga produk-produk tertentu yang ditentukan oleh BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal)," tuturnya.



Selama ini, platform digital telah digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia. Dalam Report on Indonesia E-commerce dari Redseer, diproyeksikan adanya peningkatan transaksi e-grocery hingga 400% di 2020, sedangkan penjualan online untuk produk kecantikan dan fesyen meningkat sebesar 80% dan 40% dibanding tahun lalu.

Dengan demikian, salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM di masa pandemi Covid-19 adalah dengan melakukan transformasi usaha melalui pemanfaatan teknologi digital.

"Namun, peralihan pemanfaatan teknologi digital tidak dapat dilakukan begitu saja. Karena, ternyata masih banyak UMKM yang belum mampu melakukan transaksi daring secara optimal karena terkendala masalah kualitas produk, kapasitas produksi, serta rendahnya literasi digital," jelas Airlangga.


(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Titah Ma'ruf Amin: RI Harus Jadi Pemain Global Industri Halal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular