
Acuhkan Data Belanja Konsumsi AS, Dow Jones Dibuka Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terkapar pada pembukaan perdagangan Jumat (26/6/2020), karena investor cemas melihat potensi tekanan industri perbankan AS di tengah risiko munculnya gelombang kedua penyebaran virus corona.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 138,7 poin (-0,54%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 10 menit kemudian kian parah menjadi 234,48 poin (-0,93%) ke 25.511,12. Indeks S&P 500 juga tertekan 16,75 poin (-0,54%) ke 3.067,01 sedangkan Nasdaq anjlok 51,37 poin (-0,51%) ke 9.965,64.
Hasil uji tekanan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menunjukkan bahwa mayoritas bank besar di Negeri Sam itu bisa menyentuh level permodalan minimum jika terjadi skenario terburuk pandemi. Oleh karenanya, bank dituntut menahan program pembelian kembali sahamnya di pasar dan dituntut untuk tak membagikan laba bersihnya sebagai dividen.
"Meski saya berharap bank akan terus mengelola aksi permodalan dan risiko likuiditas secara prudent, dan untuk mendukung ekonomi di sektor riil, ada ketakpastian material mengenai trajektori pemulihan ekonomi," tutur Wakil Ketua The Fed Randall Quarles dalam pernyataan resminya.
Akibat pengumuman tersebut, saham beberapa bank melemah kemarin. Saham Bank of America dan JPMorgan Chase kompak anjlok lebih dari 1,5%, Wells Fargo drop 2,7% dan Goldman Sachs ambruk 3,1%.
Sementara itu, saham Nike tertekan 3% menyusul kinerja buruk perseroan kuartal kemarin, dengan kerugian bersih US$ 0,51 per saham dan pendapatan yang anjlok 38% secara tahunan menjadi US$ 6,31 miliar pada kuartal keempat.
Pasar juga masih keder melihat perkembangan virus Corona, di mana lebih dari 2,4 juta kasus baru corona di seluruh dunia menewaskan 124.000 orang, menurut data Worldometers. Florida melaporkan kenaikan lebih dari 5.000 kasus dalam sehari, Arizona mencatat lonjakan kasus sebesar 5,1% atau melampaui rerata sepekan terakhir sebesar 2,3%.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS menyebutkan bahwa jumlah infeksi bisa lebih tinggi hingga 10 kali lipat dari data resmi. Akibatnya, Texas membatalkan rencana pembukaan kembali ekonomi, mengikuti beberapa negara lain di Eropa seperti Lisbon (Portugal), Jerman, Beijing dan Victoria (Australia).
Koreksi Wall Street terjadi meski Departemen Perdagangan AS mengumumkan kenaikan belanja konsumen Mei sebesar 8,2%, yang menjadi pertanda positif bagi perekonomian AS di tengah buruknya situasi corona. Ini menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak data tersebut tersedia pada 1959. Dan harap dicatat, konsumsi menyumbang dua pertiga ekonomi AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]